Menurut Ottoni, hasil penelitian menunjukkan bahwa kucing liar dan kucing domestik, meskipun memiliki sejarah interaksi yang panjang dengan manusia, ternyata tidak memiliki perbedaan genetik yang signifikan.
Salah satu ciri fisik yang paling mencolok dan berhasil diidentifikasi dalam studi ini adalah pola bulu tabby. Pola bergaris atau berbintik khas pada bulu kucing tabby ini ternyata memiliki sejarah evolusi yang menarik.
Gen yang bertanggung jawab atas munculnya pola bulu tabby ini dilacak kembali ke wilayah Kekaisaran Ottoman di Asia Barat Daya. Namun, perlu dicatat bahwa pola bulu tabby ini tidak langsung menjadi ciri khas kucing domestik begitu gennya menyebar.
Studi ini mengungkapkan bahwa pola bulu tabby pada kucing domestik baru mulai terlihat secara signifikan pada masa Abad Pertengahan. Seiring berjalannya waktu, gen tabby ini semakin menyebar ke Eropa dan Afrika, namun baru pada abad ke-18 pola ini menjadi ciri yang cukup umum untuk dikaitkan dengan kucing domestik.
Barulah pada abad ke-19, ketika minat terhadap kucing sebagai hewan peliharaan semakin meningkat, para penggemar kucing mulai melakukan seleksi terhadap kucing-kucing dengan ciri-ciri tertentu, termasuk pola bulu tabby, untuk menciptakan berbagai ras kucing yang kita kenal saat ini.
Menjelma sebagai hewan peliharaan yang sempurna
Eva-Maria Geigl, seorang ahli genetika evolusioner, mengungkapkan sebuah fakta menarik: kucing domestik, meskipun telah hidup berdampingan dengan manusia selama ribuan tahun, nyatanya tidak mengalami perubahan drastis secara genetik.
Walaupun secara fisik tampak mirip dengan kucing liar, kucing peliharaan kita telah berevolusi untuk menjadi makhluk sosial yang mampu bertoleransi dengan manusia dan sesama kucingnya.
Perbandingan dengan anjing, hewan pertama yang dijinakkan manusia, semakin memperjelas keunikan kucing. Anjing, yang dipilih secara selektif untuk menjalankan berbagai tugas, mengalami diversifikasi genetik yang signifikan sehingga melahirkan beragam ras dengan bentuk dan sifat yang sangat berbeda.
Sebaliknya, kucing seolah-olah telah menemukan formula kesempurnaan sejak awal, tanpa perlu mengalami perubahan drastis melalui seleksi buatan.
"Saya pikir tidak perlu menempatkan kucing pada proses seleksi seperti itu karena tidak perlu mengubah mereka," kata Geigl. "Mereka sempurna apa adanya."
Pandangan ini mungkin tidak sepenuhnya disepakati oleh semua orang, namun tak dapat dipungkiri bahwa kucing memang telah berhasil merebut hati jutaan manusia di seluruh dunia. Di Amerika Serikat saja, diperkirakan ada 74 juta kucing yang hidup sebagai hewan peliharaan.
"Kami menemukan hal-hal luar biasa tentang asal-usul mereka, sejauh mana mereka telah pergi, dan dampak apa yang mereka miliki pada manusia," kata Ottoni.
"Saya pikir mempelajari lebih lanjut tentang spesies ini akan membuka lebih banyak tentang proses domestikasi."