Nationalgeographic.co.id—Pernahkah Anda menemukan bra atau celana dalam di depan pintu rumah Anda?
Jika ya, Anda mungkin telah menjadi korban ulah "kucing kleptomania". Kucing-kucing ini terkenal dengan kebiasaan mereka mencuri barang-barang acak dan membawanya pulang.
Dalam dunia hewan, perilaku ini masih menjadi misteri. Para ilmuwan belum sepenuhnya memahami mengapa kucing kleptomania melakukan aksinya. Ada beberapa teori yang diajukan, seperti mencari perhatian, ingin bermain, atau sebagai bagian dari perilaku berburu.
Artikel ini akan mengupas lebih dalam tentang perilaku unik kucing kleptomania dan berbagai teori di baliknya. Temukan jawaban atas pertanyaan mengapa kucing mencuri bra, celana dalam, dan barang-barang tak terduga lainnya.
Hal "mengganggu" yang belum pernah dipelajari
Di sebuah lingkungan yang tenang, sekelompok pencuri misterius beraksi. Bukan perhiasan atau uang yang mereka incar, melainkan benda-benda acak seperti kaus kaki, celana dalam, kardigan bayi, sarung tangan, dan masih banyak kaus kaki. Para pencuri ini adalah kucing!
Perilaku kucing yang membawa pulang barang-barang curian bukanlah hal baru. Biasanya, mereka membawakan tikus atau burung mati sebagai hadiah untuk pemiliknya. Namun, kasus pencurian benda-benda acak ini lebih sulit dijelaskan.
Para peneliti menduga beberapa kemungkinan alasan di balik perilaku ini. Salah satu kemungkinan adalah kucing-kucing ini berusaha menyenangkan pemiliknya dengan cara yang mereka anggap terbaik.
Kemungkinan lain adalah mereka tertarik dengan tekstur atau bau benda-benda tersebut. Ada juga kemungkinan bahwa mereka berusaha menyembunyikan barang-barang tersebut untuk alasan yang tidak diketahui.
Meskipun belum ada jawaban pasti, para ilmuwan seperti Auke-Florian Hiemstra, seorang ahli biologi dari Naturalis Biodiversity Center di Leiden, Belanda, ingin mempelajari lebih lanjut tentang perilaku ini.
"Di seluruh dunia ada kucing yang melakukan ini, namun belum pernah dipelajari," kata Hiemstra, seperti dilansir dari The Guardian.
Baca Juga: Dari Kucing hingga Hantu: Perang Psikologis dalam Sejarah Dunia
KOMENTAR