Nationalgeographic.co.id—"Layaknya kucing pada umumnya, kucing-kucing purba juga butuh waktu untuk memutuskan apakah akan melompat ke pangkuan manusia."
Itulah kalimat pembuka yang digunakan oleh Casey Smith dalam artikelnya di laman National Geographic yang membahas tentang bagaimana kucing mendomestikasi dirinya sendiri.
Ya, Anda tidak salah baca. Kucing merupakan hewan yang secara sengaja menjadikan dirinya sendiri sebagai hewan rumahan. Bahkan, bisa jadi menjadi satu-satunya hewan yang melakukannya.
Namun, proses tersebut tidak terjadi dalam waktu singkat. Seperti dijelaskan oleh Smith di awal artikel, butuh waktu yang lama untuk kucing-kucing purba memutuskan dirinya akan menjatuhkan dirinya ke pelukan manusia.
Bagaimana itu bisa terjadi? Simak ulasannya berikut ini.
Mendomestikasi diri tanpa perlu mengubah gen
Sebuah penelitian mendalam mengungkapkan kisah menarik tentang bagaimana kucing domestik yang kita kenal saat ini berevolusi dari nenek moyang liar mereka selam lebih dari ribuan tahun.
Studi komprehensif yang diterbitkan dalam jurnal Nature Ecology & Evolution ini mengungkap fakta mengejutkan: kucing hidup berdampingan dengan manusia selama ribuan tahun sebelum benar-benar dijinakkan.
Selama periode koeksistensi yang panjang ini, gen kucing hampir tidak mengalami perubahan signifikan dibandingkan dengan kucing liar. Namun, ada satu perubahan genetik yang menonjol: munculnya pola garis dan titik khas pada bulu kucing tabby.
Para ilmuwan mencapai kesimpulan ini setelah menganalisis DNA lebih dari 200 kucing yang hidup dalam rentang waktu 9.000 tahun terakhir. Analisis ini mencakup berbagai spesimen kucing, mulai dari sisa-sisa kucing purba di Rumania, mumi kucing dari Mesir kuno, hingga kucing liar Afrika modern.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kucing domestik modern memiliki dua garis keturunan utama. Satu berasal dari Asia Barat Daya. Satu lagi berasal dari Afrika.
Baca Juga: Sejarah Dunia: Jadi Hello Kitty Itu Seekor Kucing atau Anak Perempuan?
Perjalanan kucing domestik modern menuju kehangatan perapian manusia ternyata bermula jauh di masa lalu, sekitar 8.000 tahun yang lalu di kawasan Fertile Crescent, sebuah wilayah subur di Asia Barat Daya yang menjadi saksi bisu peradaban manusia awal.
Di sinilah, nenek moyang kucing-kucing kita pertama kali mulai berinteraksi dengan manusia, menjalin sebuah hubungan timbal balik yang menguntungkan bagi kedua belah pihak.
Terdorong oleh melimpahnya sumber makanan berupa tanaman dan sisa-sisa hasil pertanian, tikus dan hewan pengerat lainnya berbondong-bondong datang ke pemukiman manusia. Mencium jejak mangsa yang menggiurkan, kucing liar pun tak ketinggalan. Dengan begitu, pertemuan tak terelakkan antara manusia dan kucing pun terjadi.
Berbeda dengan anggapan umum yang sering kita dengar, proses domestikasi kucing tidak dimulai dengan manusia yang secara aktif menangkap dan memelihara kucing liar. Sebaliknya, menurut studi yang dilakukan oleh Claudio Ottoni dari Universitas Leuven, kucinglah yang justru secara bertahap mendekati manusia dan lingkungan sekitarnya.
"Inilah mungkin bagaimana pertemuan pertama antara manusia dan kucing terjadi," ujar Ottoni. "Bukannya manusia menangkap beberapa kucing dan memasukkannya ke dalam kandang, tetapi manusia lebih atau kurang membiarkan kucing menjinakkan diri mereka sendiri."
Seiring berjalannya waktu, kucing-kucing ini semakin akrab dengan manusia dan bahkan mulai tinggal bersama mereka. Sekitar tahun 4400 SM, populasi kucing mulai menyebar dari Asia Barat Daya menuju Eropa, mengikuti jejak peradaban manusia yang terus berkembang.
Selain garis keturunan kucing yang berasal dari Asia Barat Daya, terdapat pula garis keturunan kucing Afrika yang memainkan peran penting dalam sejarah domestikasi kucing.
Kucing-kucing asal Afrika, terutama yang berasal dari Mesir, memiliki karakteristik yang membuatnya disukai oleh manusia, seperti sifat sosial dan jinak. Populasi kucing Mesir ini kemudian menyebar ke wilayah Mediterania dan sebagian besar Dunia Lama sekitar tahun 1500 SM.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kucing-kucing ini seringkali dibawa oleh manusia dalam perjalanan mereka, baik melalui jalur darat maupun laut. Tujuan utamanya saat itu adalah untuk mengendalikan populasi tikus.
Kala pola bulu tabby mengambil alih
Melalui perbandingan DNA kucing sepanjang sejarah, penelitian ini mampu memberikan wawasan menarik mengenai evolusi kucing bahkan sebelum mereka menjadi sahabat manusia dan dibawa berkelana ke berbagai penjuru dunia.
Baca Juga: Dunia Hewan: Mengapa Kucing Begitu Membenci Pintu yang Tertutup?
Menurut Ottoni, hasil penelitian menunjukkan bahwa kucing liar dan kucing domestik, meskipun memiliki sejarah interaksi yang panjang dengan manusia, ternyata tidak memiliki perbedaan genetik yang signifikan.
Salah satu ciri fisik yang paling mencolok dan berhasil diidentifikasi dalam studi ini adalah pola bulu tabby. Pola bergaris atau berbintik khas pada bulu kucing tabby ini ternyata memiliki sejarah evolusi yang menarik.
Gen yang bertanggung jawab atas munculnya pola bulu tabby ini dilacak kembali ke wilayah Kekaisaran Ottoman di Asia Barat Daya. Namun, perlu dicatat bahwa pola bulu tabby ini tidak langsung menjadi ciri khas kucing domestik begitu gennya menyebar.
Studi ini mengungkapkan bahwa pola bulu tabby pada kucing domestik baru mulai terlihat secara signifikan pada masa Abad Pertengahan. Seiring berjalannya waktu, gen tabby ini semakin menyebar ke Eropa dan Afrika, namun baru pada abad ke-18 pola ini menjadi ciri yang cukup umum untuk dikaitkan dengan kucing domestik.
Barulah pada abad ke-19, ketika minat terhadap kucing sebagai hewan peliharaan semakin meningkat, para penggemar kucing mulai melakukan seleksi terhadap kucing-kucing dengan ciri-ciri tertentu, termasuk pola bulu tabby, untuk menciptakan berbagai ras kucing yang kita kenal saat ini.
Menjelma sebagai hewan peliharaan yang sempurna
Eva-Maria Geigl, seorang ahli genetika evolusioner, mengungkapkan sebuah fakta menarik: kucing domestik, meskipun telah hidup berdampingan dengan manusia selama ribuan tahun, nyatanya tidak mengalami perubahan drastis secara genetik.
Walaupun secara fisik tampak mirip dengan kucing liar, kucing peliharaan kita telah berevolusi untuk menjadi makhluk sosial yang mampu bertoleransi dengan manusia dan sesama kucingnya.
Perbandingan dengan anjing, hewan pertama yang dijinakkan manusia, semakin memperjelas keunikan kucing. Anjing, yang dipilih secara selektif untuk menjalankan berbagai tugas, mengalami diversifikasi genetik yang signifikan sehingga melahirkan beragam ras dengan bentuk dan sifat yang sangat berbeda.
Sebaliknya, kucing seolah-olah telah menemukan formula kesempurnaan sejak awal, tanpa perlu mengalami perubahan drastis melalui seleksi buatan.
"Saya pikir tidak perlu menempatkan kucing pada proses seleksi seperti itu karena tidak perlu mengubah mereka," kata Geigl. "Mereka sempurna apa adanya."
Pandangan ini mungkin tidak sepenuhnya disepakati oleh semua orang, namun tak dapat dipungkiri bahwa kucing memang telah berhasil merebut hati jutaan manusia di seluruh dunia. Di Amerika Serikat saja, diperkirakan ada 74 juta kucing yang hidup sebagai hewan peliharaan.
"Kami menemukan hal-hal luar biasa tentang asal-usul mereka, sejauh mana mereka telah pergi, dan dampak apa yang mereka miliki pada manusia," kata Ottoni.
"Saya pikir mempelajari lebih lanjut tentang spesies ini akan membuka lebih banyak tentang proses domestikasi."