Secara keseluruhan, kebutuhan pendanaan untuk periode 2020-2025 diperkirakan mencapai sekitar 7,586 miliar dolar AS. Kesenjangan pendanaan yang signifikan ini menjadi tantangan besar bagi Mozambik, terutama dalam upaya melindungi dan memulihkan ekosistem karbon biru seperti hutan bakau, lamun, dan rawa garam.
Laporan terbaru menyarankan agar NDC Mozambik yang akan datang, direncanakan pada tahun 2025, perlu menetapkan target yang lebih spesifik dan terukur untuk setiap jenis ekosistem karbon biru. Dengan demikian, akan tercipta kerangka kerja yang jelas dan transparan untuk memantau serta mengevaluasi kemajuan yang telah dicapai.
Selain itu, Mozambik dapat belajar dari keberhasilan negara-negara lain seperti Belize, Kosta Rika, Seychelles, dan Cabo Verde yang telah mengintegrasikan target karbon biru yang ambisius dalam NDC mereka.
Dengan menetapkan target yang spesifik dan terukur, Mozambik dapat meningkatkan kepercayaan para donor dan investor internasional. Misalnya, dengan menetapkan target untuk menyerap sejumlah karbon tertentu atau melestarikan area habitat karbon biru tertentu pada jangka waktu tertentu, Mozambik akan memberikan gambaran yang jelas tentang komitmennya dalam mengatasi perubahan iklim.
Lebih lanjut, laporan tersebut juga menyarankan agar Mozambik mengadopsi standar internasional untuk inventarisasi gas rumah kaca (GRK), seperti Suplemen Lahan Basah IPCC 2013.
Dengan menggunakan standar yang diakui secara global, Mozambik dapat memastikan akurasi data emisi karbonnya, sehingga meningkatkan kredibilitasnya dalam mengakses berbagai peluang pendanaan berbasis karbon.
Kolaborasi dan koordinasi turut menjadi kunci
Mozambik, dalam upayanya mencapai target yang ditetapkan dalam NDC, akan sangat diuntungkan dari penerapan pendekatan yang komprehensif. Pendekatan ini menuntut adanya koordinasi yang erat antara berbagai kebijakan dan lembaga terkait, pengumpulan data yang terpusat dan sistematis, serta mekanisme akuntabilitas yang transparan.
Salah satu fokus utama Mozambik adalah pada inisiatif karbon biru. Ekosistem pesisir seperti mangrove, padang lamun, dan terumbu karang ini memiliki potensi besar dalam menyerap karbon dioksida dan membantu mitigasi perubahan iklim.
Meskipun berbagai inisiatif karbon biru sedang berlangsung, akan tetapi, kendala utama yang dihadapi adalah kurangnya platform data terpadu. Ketiadaan sistem data yang terpusat menghambat upaya Mozambik dalam memantau dan melaporkan kemajuan yang telah dicapai dalam mencapai target karbon biru secara akurat dan menyeluruh.
Masalah koordinasi antar lembaga pemerintah juga menjadi tantangan tersendiri. Kementerian Tanah, Lingkungan, dan Pembangunan Pedesaan (MTA) serta Kementerian Laut, Perairan Darat, dan Perikanan (MIMAIP) memiliki peran yang sangat penting dalam pengelolaan habitat karbon biru.
Baca Juga: Bagaimana Program 'Blue Carbon' di Kolombia Buat Masyarakat Semringah?