Nationalgeographic.co.id—Dalam sebuah laporan komprehensif yang dihasilkan oleh Bank Dunia, dengan dukungan aktif dari Silvestrum Climate Associates serta berbagai pemangku kepentingan pemerintah dan lingkungan, terungkap potensi luar biasa dari ekosistem blue carbon (karbon biru) Mozambik dalam upaya mencapai target iklim nasional.
Ekosistem unik ini, yang mencakup hutan bakau, lamun, dan rawa garam, menawarkan solusi alamiah yang sangat efektif dalam melawan perubahan iklim.
Bahkan, kemampuannya dalam menyerap karbon seringkali melampaui hutan darat, menjadikan ekosistem karbon biru sebagai benteng pertahanan yang tangguh.
Dengan garis pantai yang membentang luas, Mozambik diberkahi dengan hutan bakau yang subur dan hamparan lamun yang luas. Potensi alam ini menempatkan negara ini pada posisi strategis untuk memanfaatkan sumber daya lautnya sebagai bagian integral dari Nationally Determined Contribution (NDC) atau Kontribusi Nasional yang Ditentukan Sendiri dalam rangka memenuhi Perjanjian Paris.
Sebagai penyerap karbon alami, ekosistem karbon biru juga berperan penting dalam adaptasi terhadap perubahan iklim, memberikan perlindungan terhadap ancaman kenaikan permukaan laut, erosi pantai, dan gelombang badai yang semakin sering terjadi. Hal ini sangat krusial bagi Mozambik, yang dikenal sebagai salah satu negara paling rentan terhadap dampak perubahan iklim di dunia.
Namun, seperti dilansir dari Devdiscourse, laporan tersebut menyoroti sebuah tantangan signifikan. NDC Mozambik yang ditetapkan pada tahun 2021 belum mencakup target karbon biru yang spesifik dan terukur. Ketiadaan target yang jelas ini menghambat upaya pelacakan dan pemantauan kemajuan iklim yang transparan dan akuntabel.
Meskipun NDC telah menetapkan tujuan untuk merehabilitasi 5.000 hektar hutan bakau pada tahun 2025, laporan tersebut berpendapat bahwa target ini masih terlalu konservatif dan tidak sepenuhnya mencerminkan potensi besar Mozambik sebagai pemimpin dalam bidang karbon biru.
Oleh karena itu, laporan ini merekomendasikan penetapan target yang lebih ambisius dan terstruktur untuk memaksimalkan kontribusi ekosistem karbon biru dalam mencapai tujuan iklim nasional.
Perlu target yang lebih spesifik
Mozambik, sebagai negara berkembang, telah menetapkan target iklim ambisius dalam NDC. Namun, pencapaian target ini sangat bergantung pada dukungan internasional yang kuat, baik dalam bentuk finansial, transfer teknologi, maupun pembangunan kapasitas.
Analisis mendalam menunjukkan bahwa untuk mencapai tujuan iklimnya, Mozambik membutuhkan investasi yang sangat besar, diperkirakan mencapai lebih dari setengah dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun 2026.
Baca Juga: Ketika Menghitung 'Blue Carbon' Malah Menjadi Paradoks yang Mengerikan
Secara keseluruhan, kebutuhan pendanaan untuk periode 2020-2025 diperkirakan mencapai sekitar 7,586 miliar dolar AS. Kesenjangan pendanaan yang signifikan ini menjadi tantangan besar bagi Mozambik, terutama dalam upaya melindungi dan memulihkan ekosistem karbon biru seperti hutan bakau, lamun, dan rawa garam.
Laporan terbaru menyarankan agar NDC Mozambik yang akan datang, direncanakan pada tahun 2025, perlu menetapkan target yang lebih spesifik dan terukur untuk setiap jenis ekosistem karbon biru. Dengan demikian, akan tercipta kerangka kerja yang jelas dan transparan untuk memantau serta mengevaluasi kemajuan yang telah dicapai.
Selain itu, Mozambik dapat belajar dari keberhasilan negara-negara lain seperti Belize, Kosta Rika, Seychelles, dan Cabo Verde yang telah mengintegrasikan target karbon biru yang ambisius dalam NDC mereka.
Dengan menetapkan target yang spesifik dan terukur, Mozambik dapat meningkatkan kepercayaan para donor dan investor internasional. Misalnya, dengan menetapkan target untuk menyerap sejumlah karbon tertentu atau melestarikan area habitat karbon biru tertentu pada jangka waktu tertentu, Mozambik akan memberikan gambaran yang jelas tentang komitmennya dalam mengatasi perubahan iklim.
Lebih lanjut, laporan tersebut juga menyarankan agar Mozambik mengadopsi standar internasional untuk inventarisasi gas rumah kaca (GRK), seperti Suplemen Lahan Basah IPCC 2013.
Dengan menggunakan standar yang diakui secara global, Mozambik dapat memastikan akurasi data emisi karbonnya, sehingga meningkatkan kredibilitasnya dalam mengakses berbagai peluang pendanaan berbasis karbon.
Kolaborasi dan koordinasi turut menjadi kunci
Mozambik, dalam upayanya mencapai target yang ditetapkan dalam NDC, akan sangat diuntungkan dari penerapan pendekatan yang komprehensif. Pendekatan ini menuntut adanya koordinasi yang erat antara berbagai kebijakan dan lembaga terkait, pengumpulan data yang terpusat dan sistematis, serta mekanisme akuntabilitas yang transparan.
Salah satu fokus utama Mozambik adalah pada inisiatif karbon biru. Ekosistem pesisir seperti mangrove, padang lamun, dan terumbu karang ini memiliki potensi besar dalam menyerap karbon dioksida dan membantu mitigasi perubahan iklim.
Meskipun berbagai inisiatif karbon biru sedang berlangsung, akan tetapi, kendala utama yang dihadapi adalah kurangnya platform data terpadu. Ketiadaan sistem data yang terpusat menghambat upaya Mozambik dalam memantau dan melaporkan kemajuan yang telah dicapai dalam mencapai target karbon biru secara akurat dan menyeluruh.
Masalah koordinasi antar lembaga pemerintah juga menjadi tantangan tersendiri. Kementerian Tanah, Lingkungan, dan Pembangunan Pedesaan (MTA) serta Kementerian Laut, Perairan Darat, dan Perikanan (MIMAIP) memiliki peran yang sangat penting dalam pengelolaan habitat karbon biru.
Baca Juga: Bagaimana Program 'Blue Carbon' di Kolombia Buat Masyarakat Semringah?
Namun, kurangnya koordinasi yang efektif antara kedua kementerian ini menghambat efisiensi dalam upaya konservasi dan restorasi ekosistem karbon biru.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan kejelasan peran dan tanggung jawab masing-masing lembaga serta kerangka kerja manajemen yang terintegrasi. Dengan demikian, upaya untuk memulihkan dan melindungi sumber daya karbon biru dapat dilakukan secara lebih efektif dan akuntabel.
Selain aspek kelembagaan, partisipasi aktif masyarakat lokal juga sangat krusial. Banyak masyarakat pesisir di Mozambik bergantung pada ekosistem karbon biru untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Oleh karena itu, keterlibatan mereka dalam proses pengambilan keputusan dan pengelolaan sumber daya sangat penting untuk memastikan keberlanjutan upaya konservasi.
Laporan tersebut menyoroti pentingnya inisiatif manajemen yang berbasis masyarakat, seperti Dewan Perikanan Masyarakat. Lembaga semacam ini dapat menjadi fondasi yang kuat untuk pengelolaan sumber daya karbon biru yang berkelanjutan.
Namun, untuk mendorong masyarakat agar berpartisipasi aktif dalam upaya konservasi, perlu disediakan alternatif mata pencaharian yang lebih baik. Masyarakat yang selama ini bergantung pada kegiatan ekstraksi sumber daya alam yang tidak berkelanjutan, seperti penebangan mangrove, perlu diberikan akses pada peluang ekonomi yang lebih ramah lingkungan.
Pengembangan kemitraan antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil dapat menjadi salah satu solusi untuk mengatasi masalah ini. Dengan menciptakan peluang kerja formal bagi penduduk pesisir, dapat mengurangi tekanan terhadap ekosistem karbon biru dan mendorong praktik pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan.
Pembentukan "dana biru"
Dalam upayanya mencapai target ambisi karbon biru yang telah ditetapkan, Mozambik tidak hanya perlu melakukan reformasi di dalam negeri, tetapi juga harus merancang strategi keuangan internasional yang komprehensif.
Laporan juga menyoroti potensi besar dari pendanaan berbasis karbon, di mana Mozambik dapat berperan aktif dalam pasar karbon sukarela dan memanfaatkan mekanisme yang tertuang dalam Pasal 6 Perjanjian Paris untuk memperdagangkan kredit karbon di tingkat internasional.
Dengan terlibat dalam pasar-pasar ini, Mozambik tidak hanya dapat menarik investasi asing yang signifikan, tetapi juga dapat mempercepat skala dan cakupan proyek-proyek restorasi dan konservasi ekosistem karbon biru yang tengah berjalan.
Baca Juga: Blue Carbon: Gara-gara Mikroplastik, 'Keperkasaan' Mangrove Bakal Terganggu
Selain itu, Mozambik memiliki beberapa opsi pendanaan alternatif yang menjanjikan, seperti skema pertukaran utang-untuk-alam, penerbitan obligasi biru, dan mekanisme pembayaran untuk jasa ekosistem. Opsi-opsi ini dapat memberikan sumber pendanaan yang berkelanjutan dan inovatif untuk mendukung upaya konservasi jangka panjang.
Kolaborasi dengan lembaga-lembaga pendanaan internasional seperti Bank Dunia, USAID, dan Blue Planet Fund, serta lembaga pembiayaan nasional seperti ProAzul, akan semakin memperkuat kapasitas Mozambik dalam mengakses sumber daya keuangan yang dibutuhkan.
Untuk memastikan keberlanjutan dan efektivitas pendanaan, Mozambik dapat mempertimbangkan untuk membentuk sebuah "dana biru" khusus. Dana ini akan berfungsi sebagai wadah untuk mengelola investasi yang masuk ke dalam ekosistem karbon biru dan inisiatif Ekonomi Biru yang lebih luas.
Dengan adanya dana biru ini, Mozambik akan memiliki basis keuangan yang lebih stabil dan terarah untuk mendukung upaya konservasi dan restorasi ekosistem lautnya dalam jangka panjang.
Integrasi pengelolaan karbon biru
Pembaruan NDC Mozambik pada tahun 2025 menawarkan jendela peluang yang sangat berharga untuk memperkuat komitmen negara ini dalam mengatasi krisis iklim global.
Dengan menetapkan target yang lebih ambisius, khususnya dalam hal karbon biru, Mozambik tidak hanya berkontribusi pada upaya global dalam membatasi kenaikan suhu bumi, tetapi juga membuka jalan bagi pembangunan yang lebih berkelanjutan dan inklusif.
Dengan mengintegrasikan pengelolaan karbon biru ke dalam kebijakan nasional, Mozambik dapat meningkatkan ketahanan masyarakat pesisir terhadap dampak perubahan iklim seperti kenaikan permukaan air laut dan intrusi air asin.
Selain itu, pelestarian ekosistem karbon biru juga akan berkontribusi pada perlindungan keanekaragaman hayati laut, yang sangat penting bagi keberlanjutan ekonomi berbasis sumber daya alam.