Mendesak Pengesahan RUU Masyarakat Adat yang Menjadi Benteng Terakhir Upaya Konservasi

By Ade S, Selasa, 26 November 2024 | 08:03 WIB
Papua Program Manager Konservasi Indonesia Nur Ismu Hidayat (kiri), Penasihat Senior Kepala Staf Presiden RI 2019-2024 Manuel Kaisiepo (tengah), dan Aryo Wisanggeni (kanan) dalam diskusi mengenai peran masyarakat adat pada event Green Press Community di Jakarta, Sabtu 23 November 2024. (Dok.Konservasi Indonesia/Nuniek)

“Sasi itu ibaratnya seperti deposito bank yang semakin lama akan semakin banyak dapatnya (apabila ada jeda pengambilan SDA). Tradisi seperti Sasi telah mencerminkan sistem pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan. Artinya, kearifan lokal seringkali lebih adaptif terhadap kebutuhan konservasi dibandingkan pendekatan modern,” kata Ismu.

Peran strategis wilayah adat dalam mitigasi krisis iklim semakin tak terbantahkan. Wilayah-wilayah ini, yang seringkali kaya akan hutan hujan tropis, mangrove, dan gambut, berfungsi sebagai penyerap karbon terbesar di dunia.

Hutan gambut, misalnya, menyimpan karbon dalam jumlah yang sangat besar dan sulit untuk diperbarui. Dengan melindungi wilayah adat, kita tidak hanya menjaga keanekaragaman hayati, tetapi juga memperlambat laju perubahan iklim.

Penelitian yang dilakukan oleh Konservasi Indonesia di Papua memberikan gambaran yang jelas tentang kekayaan alam yang dimiliki wilayah ini. Perairan Raja Ampat, misalnya, merupakan rumah bagi 1.800 spesies ikan, 35 spesies mangrove, dan 600 spesies terumbu karang. Sementara itu, daratan Papua, khususnya Papua Barat Daya, memiliki keanekaragaman hayati yang luar biasa, dengan ribuan spesies tumbuhan endemik.

Kabupaten Sorong Selatan, Papua Barat, menjadi contoh lain betapa pentingnya peran masyarakat adat dalam menjaga kelestarian lingkungan. Dengan luas area bernilai konservasi tinggi mencapai 497 ribu hektar, wilayah ini memiliki potensi besar dalam menyerap 200 juta karbon yang 112 juta karbon di antaranya diidentifikasi sebagai jenis karbon yang tak tergantikan.

Namun, semua kekayaan alam ini dapat terjaga hingga saat ini berkat kearifan lokal masyarakat adat yang telah hidup berdampingan dengan alam selama berabad-abad.

“Kekayaan alam di perairan dan juga daratan Papua tersebut hingga kini masih ada berkat kearifan lokal masyarakat adat yang menjaga alamnya. Kami yakin, masyarakat adat adalah penjaga pertama dan utama ekosistem yang penting bagi masa depan," tegas Ismu.

"Kami berpandangan bahwa pendekatan berbasis tradisi dan pengakuan terhadap hak kelola mereka dapat menjadi bukti bahwa negara tidak hanya melindungi keanekaragaman hayati, tetapi juga memperkuat peran masyarakat adat sebagai aktor kunci konservasi global atau target memperpanjang umur dunia."