Melalui program tersebut, menurut Sri, YKAN mampu "meningkatkan kapasitas sumber daya alam tanpa perlu merusaknya sehingga tambak dan mangrove bisa berdampingan."
Percontohan melalui program-program seperti secure ini, menurut Sri, sangat penting terutama mengingat luas kawasan mangrove di Berau yang merupakan terluas kedua di wilayah Kalimantan Timur.
Herdin, selaku petani tambak dari Kampung Pegat Batumbuk, Kecamatan Pulau Derawan, Kabupaten Berau Kalimantan Timur menjadi saksi hidup dari program secure yang dijalankan oleh YKAN di kampungnya.
Baginya, YKAN telah "mengajarkan kami banyak hal terutama terkait budi daya udang melalui pendekatan yang selaras dengan program konservasi mangrove."
Apalagi, hutan mangrove di kawasan Pegat Batumbuk sempat berkurang akibat meluasnya tambak udang dari semula "hanya" 7 ribu hektar menjadi 9 ribu hektar. Perluasan ini sendiri, menurut Herdin, terjadi karena produktivitas tambak di kawasannya belum optimal.
Suatu masalah yang pada akhirnya mulai bisa diselesaikan melalui program secure dari YKAN.
Cerita-cerita yang disampaikan oleh Ammy, Sri, dan Herdin pada akhirnya membawa Direktur Eksekutif YKAN Herlina Hartanto PhD pada keyakinannya bawah kolaborasilah yang mampu menjadi jawaban atas beragam tantangan besar dalam upaya konservasi.
Apalagi, kini Bumi tengah menghadapi krisis ganda, yaitu krisis perubahan iklim sekaligus krisis keanekaragaman hayati. Mengutip data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Herlina menyebut dari 5.000 bencana yang terjadi di INdonesia, 90% di antaranya dipicu oleh faktor cuaca.
Sementara untuk biodiversitas, Herlina menyebut setiap tahun selalu ada spesies yang dinyatakan punah. Tahun 2022 ada 12 spesies yang punah.
Namun, beragam masalah tersebut tidak bisa serta merta diselesaikan jika usaha yang dilakukan hanya berfokus pada alam, tanpa menghiraukan masyarakat yang ada di sekitarnya.
Baca Juga: Lokakarya Penanganan Mamalia Laut Jenis Dilindungi yang Terdampar