10 Tahun YKAN: Dorong Kolaborasi dalam Konservasi demi Indonesia Lestari

By Ade S, Jumat, 6 Desember 2024 | 18:03 WIB
Herdin, petani tambak dari Kampung Pegat Batumbuk, Kecamatan Pulau Derawan, Kabupaten Berau Kalimantan Timur, memberikan paparan dalam perayaan ulang tahun kesepuluh Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) yang digelar di Jakarta, Rabu (4/12/2024). (Donny Fernando/National Geographic Indonesia)

Nationalgeographic.co.id—Beragam tantangan yang dihadapi dalam upaya untuk membuat Indonesia yang lebih lestari hanya bisa diselesaikan melalui kolaborasi berbagai pihak.

Kira-kira itulah pesan yang dapat disarikan dari perayaan ulang tahun kesepuluh Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) yang digelar di Jakarta, Rabu (4/12/2024).

Untuk itu, perayaan kali ini membawa tema Together, We Find a Way. Sebab, menurut Direktur Komunikasi dan Sekretaris YKAN Priscilla Christin, pekerjaan konservasi itu begitu besar, begitu pula dengan beragam tantangannya.

“Sehingga, kolaborasi itulah yang perlu untuk diapresiasi dan diperkuat,” tutur Priscilla yang menekankan bahwa YKAN merupakan organisasi nirlaba berbasis ilmiah yang memiliki prinsip tidak konfrontatif.

Sebelumnya, Priscilla memaparkan bagaimana saat ini YKAN sudah menjalankan misi konservasi di 14 provinsi di Indonesia. Semuanya dipastikan melibatkan masyarakat dan juga pemerintah, yang sama-sama lenin melestarikan alam dan biodiversitas di dalamnya.

Pentingnya kolaborasi juga diakui oleh Sekretaris Ditjen Konservasi Sumber Daya Alam Ekosistem (KSDAE) Kementerian Kehutanan Dr. Ir. Ammy Nurwati MSi.

Dengan luas kawasan konservasi di Indonesia yang mencapai 27 juta hektare, menurut Ammy, pemerintah tidak mungkin mengelolanya sendirian. “Apalagi kita tidak hanya berupaya untuk melestarikan kawasan, tetapi juga keanekaragaman hayati,” ungkap Ammy.

Dalam kesempatan yang sama, Ammy juga memaparkan bahwa saat ini pengelolaan konservasi menghadapi empat ancaman utama, yaitu pendanaan, pencemaran, hilangnya biodiversitas, hingga keberadaan masyarakat di sekitar kawasan konservasi.

Untungnya, upaya untuk mengatasi beragam masalah tersebut menjadi lebih mungkin dilakukan melalui kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk dengan YKAN.

Misalnya terkait dengan keberadaan masyarakat di sekitar kawasan konservasi, Ammy menuturkan bagaimana pemerintah "bersama dengan YKAN, kami berusaha meningkatkan kualitas masyarakat tersebut, yang tidak hanya membantu secara ekonomi tapi juga memelihara kawasan konservasi."

Hal senada disampaikan oleh Bupati Berau Hj. Sri Juniarsih Mas, M.Pd, yang memberikan contoh langsung kolaborasi pemerintah dan YKAN dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus mendorong konservasi di kawasan Berau melalui program Secure (shrimp carbon aquaculture).

Baca Juga: Satu Dekade YKAN Bantu Kelola Sumber Daya Pesisir dan Laut Indonesia

Melalui program tersebut, menurut Sri, YKAN mampu "meningkatkan kapasitas sumber daya alam tanpa perlu merusaknya sehingga tambak dan mangrove bisa berdampingan."

Percontohan melalui program-program seperti secure ini, menurut Sri, sangat penting terutama mengingat luas kawasan mangrove di Berau yang merupakan terluas kedua di wilayah Kalimantan Timur.

Herdin, selaku petani tambak dari Kampung Pegat Batumbuk, Kecamatan Pulau Derawan, Kabupaten Berau Kalimantan Timur menjadi saksi hidup dari program secure yang dijalankan oleh YKAN di kampungnya.

Baginya, YKAN telah "mengajarkan kami banyak hal terutama terkait budi daya udang melalui pendekatan yang selaras dengan program konservasi mangrove."

Apalagi, hutan mangrove di kawasan Pegat Batumbuk sempat berkurang akibat meluasnya tambak udang dari semula "hanya" 7 ribu hektar menjadi 9 ribu hektar. Perluasan ini sendiri, menurut Herdin, terjadi karena produktivitas tambak di kawasannya belum optimal.

Wall of achievements yang dipajang pada perayaan ulang tahun ke-10 YKAN di Jakarta, Rabu (4/12/2024). (Donny Fernando/National Geographic Indonesia)

Suatu masalah yang pada akhirnya mulai bisa diselesaikan melalui program secure dari YKAN.

Cerita-cerita yang disampaikan oleh Ammy, Sri, dan Herdin pada akhirnya membawa Direktur Eksekutif YKAN Herlina Hartanto PhD pada keyakinannya bawah kolaborasilah yang mampu menjadi jawaban atas beragam tantangan besar dalam upaya konservasi.

Apalagi, kini Bumi tengah menghadapi krisis ganda, yaitu krisis perubahan iklim sekaligus krisis keanekaragaman hayati. Mengutip data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Herlina menyebut dari 5.000 bencana yang terjadi di INdonesia, 90% di antaranya dipicu oleh faktor cuaca.

Sementara untuk biodiversitas, Herlina menyebut setiap tahun selalu ada spesies yang dinyatakan punah. Tahun 2022 ada 12 spesies yang punah.

Namun, beragam masalah tersebut tidak bisa serta merta diselesaikan jika usaha yang dilakukan hanya berfokus pada alam, tanpa menghiraukan masyarakat yang ada di sekitarnya.

Baca Juga: Lokakarya Penanganan Mamalia Laut Jenis Dilindungi yang Terdampar

Seperti program secure yang dilakukan di Berau, Herlina menilai "kelestarian dan kesejahteraan itu bisa berjalan sejajar dan dicapai bersama-sama."

Untuk itulah, seperti disampaikan oleh Priscilla di awal, refleksi 10 tahun YKAN bukan perayaan keberhasilan YKAN semata, tapi merupakan perayaan semua pihak.

"Melalui tema ‘Together, We Find a Way’, bersama-sama kita akan menemukan jalan untuk mensejahterakan rakyat untuk melestarikan alam, untuk Indonesia yang lestari," tutur Herlina.

Album Life Music: Suara Alam Nusantara

Dalam perayaan ulang tahunnya tersebut, YKAN juga meluncurkan sebuah karya istimewa: Album Life Music: Suara Alam Nusantara. Album ini adalah sebuah persembahan unik, sebuah hadiah bagi alam dan seluruh masyarakat Indonesia.

Album ini menghadirkan 10 rekaman suara alam yang memukau, langsung dari jantung alam Indonesia. Dengarlah nyanyian merdu burung cendrawasih, deburan ombak yang menenangkan, dan hiruk-pikuk kehidupan hutan di pagi hari. Semua suara ini direkam dari berbagai wilayah konservasi YKAN, seperti Raja Ampat, Wakatobi, dan Hutan Wehea.

Album Life Music: Suara Alam Nusantara di Spotify yang diluncurkan dalam perayaan ulang tahun ke-10 YKAN. (Donny Fernando/National Geographic Indonesia)

Dengan mendengarkan album ini, kita tidak hanya menikmati keindahan alam, tetapi juga turut berkontribusi dalam pelestariannya. Setiap kali kita mendengarkan suara-suara alam ini, kita seolah memberikan royalti kepada sang pencipta musik terindah: alam semesta.

Melalui album ini, YKAN mengajak kita semua untuk lebih peduli dan terlibat dalam upaya konservasi.

“Setiap bentuk kolaborasi terus menginspirasi kami dalam menjalankan misi konservasi. Dengan semakin banyaknya pihak yang terlibat, visi Indonesia yang lestari bukan lagi sekadar impian, tetapi bisa menjadi kenyataan,” pungkas Herlina.