Nationalgeographic.co.id - Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN), afiliasi dari The Nature Conservancy (TNC), menghelat “Mangrove Virtual Run 2019” yang berlangsung selama 26 Juli-26 Agustus 2019.
Lewat ajang Mangrove Virtual Run 2019, YKAN mengajak setiap elemen masyarakat untuk peduli tentang keberadaan ekosistem mangrove yang amat penting bagi kawasan pesisir, baik sebagai benteng pertahanan terhadap risiko bencana maupun sebagai mata pencaharian alternatif melalui pengembangan industri pariwisata.
Baca Juga: Ibu-ibu 'Flamboyan' Bertanam Sayur Demi Kelestarian Bandung
Executive Director Yayasan Konservasi Alam Nusantara Rizal Algamar, mengatakan Mangrove Virtual Run menjadi salah satu cara untuk menjangkau lapisan masyarakat yang lebih luas untuk ikut peduli dan ambil bagian dalam menyelamatkan hutan mangrove Indonesia.
“Menurut saya, platform konservasi dan olah raga ini sangat bisa menggerakkan banyak orang dan menjadi cara untuk menyebarkan pesan yang amat penting bagi generasi mendatang. Apalagi, saya memiliki dua anak. Jadi penting untuk menjaga kesehatan diri dan menjadi role model untuk anak-anak saya. Dan pastinya saya juga ingin menjaga mangrove Indonesia, yang mencakup 23 persen mangrove seluruh dunia. Jadi this is a highly reccomended activity untuk diikuti semua kalangan,” ujar CEO Sandimas Group Linda Tan yang juga menjadi Leadership Council YKAN I TNC.
Hal senada diungkapkan Andini Effendi, news anchor dan jurnalis yang juga merangkap sebagai Leadership Council YKAN I TNC. “Menurut saya, lari untuk berbagi adalah cara paling efektif untuk mengetahui satu cause yang kita dukung. Terlebih ini tentang restorasi mangrove di Indonesia, yang tidak diketahui oleh banyak orang. Dengan adanya acara Virtual Run ini, kita sekaligus berbagi pentingnya mangrove dalam kehidupan kita dengan berbagai manfaatnya. Ketika kita berlari sekaligus merestorasi mangrove, sebenarnya kita menjaga kehidupan manusia dan tumbuhan itu sendiri," pungkasnya.
Baca Juga: Rebake, Salah Satu Solusi Jepang Atasi Masalah Limbah Makanan
Diketahui bahwa lahan mangrove memegang peranan dalam upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim dengan kemampuan menyimpan karbon 3-5 kali lebih banyak dibandingkan hutan tropis.
Hutan mangrove di Indonesia sendiri menyimpan 3,14 miliar ton karbon, yang setara dengan sepertiga karbon yang tersimpan di dunia. Meski lebih dari 50 persen lahan sudah hancur, tapi Indonesia masih menduduki posisi pertama sebagai negara dengan tutupan mangrove terbesar di dunia, yaitu dengan total seluas 3,556 juta hektar. Sayangnya, sekitar 30 persen di antaranya masuk ke dalam kategori kritis.
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR