Mitologi Yunani dan Sains Bertemu di Langit Malam dalam Konstelasi Cetus

By Muflika Nur Fuaddah, Senin, 9 Desember 2024 | 10:00 WIB
Konstelasi bintang Cetus. (wikipedia)

Nationalgeographic.co.idCetus adalah monster terkenal dari mitologi Yunani kuno, yang sering digambarkan sebagai makhluk laut raksasa atau ular laut sebagai penggambaran bahaya laut. Kisah paling populer tentang Cetus terkait erat dengan mitos Perseus dan Andromeda. 

Dalam artikel bertajuk "Cetus: A Greek Astronomical Sea Monster" yang tayang di laman History Cooperative, Maup van de Kerkhof mengungkap bahwa dalam mitologi Yunani, nama umum yang digunakan untuk merujuk pada monster laut adalah Cetea.

"Biasanya, mereka digambarkan sebagai makhluk raksasa seperti ular dengan deretan gigi tajam. Namun, mereka juga akan ditampilkan dengan ciri-ciri yang biasanya kita lihat pada makhluk darat, seperti telinga kelinci atau tanduk rusa," tulisnya.

"Mengapa mereka penting dalam mitologi? Ya, sebagian besar karena tugas mereka untuk melayani para dewa laut. Ada banyak dewa laut, tetapi monster-monster itu khususnya akan sangat berguna bagi Poseidon," jelasnya.

Biasanya dipercaya bahwa mereka cukup toleran terhadap dewa dan bidadari laut, tetapi kadang-kadang, mereka mengamuk. Bahkan terhadap pemiliknya.

Personifikasi Fenomena Alam

Van de Kerkhof menyebut bahwa penelitian terkini menunjukkan bahwa mitos seputar serangan Cetea berakar pada tsunami atau gempa bumi di wilayah tertentu. "Mereka percaya bahwa bencana alam dengan konsekuensi yang parah akan menjadi topik pembicaraan untuk waktu yang lama."

"Namun, setelah beberapa saat cerita-cerita ini disesuaikan, terakumulasi menjadi cerita yang sama sekali berbeda. Dengan demikian, ada kemungkinan bahwa orang Yunani percaya bahwa tsunami atau gempa bumi sebenarnya disebabkan oleh Cetea," jelasnya.

Salah satu cerita paling menonjol tentang Cetea adalah tentang Cetus. Namun, masih sedikit diperdebatkan apa sebenarnya yang dimaksud dengan Cetus. Istilah cetus juga dapat dilihat sebagai bentuk tunggal dari Cetea, yaitu monster laut tunggal. Memang, cetus digunakan untuk merujuk pada hampir semua makhluk laut besar. Mungkin tidak semuanya, tapi sebagian besar adalah makhluk yang memiliki karakteristik yang sama dengan paus atau hiu.

Misalnya, mereka diyakini memiliki ekor yang lebar dan datar dan kadang mengintip ke permukaan laut untuk memantau kapal yang lewat. Selain itu, suara berkabung sering kali menjadi ciri khas cetus. Baik ekor maupun suaranya, tentu saja, juga merupakan ciri khas paus.

Baca Juga: Kutukan Aphrodite dan Pembantaian Pria di Pulau Lemnos dalam Mitologi Yunani

Cerita Terkenal Cetus, Perseus, dan Andromeda

Alkisah Cetus yang marah mengamuk Etiopia. Semuanya bermula ketika Poseidon murka kepada penguasa negeri itu karena Ratu Cassiopeia, dengan sombongnya, mengklaim bahwa ia dan putrinya, Andromeda, lebih cantik daripada para Nereid, bidadari laut yang menjadi pengiring Poseidon.

Mungkin Ratu Cassiopeia tidak benar-benar memahami betapa seriusnya ucapannya atau seberapa besar reaksi yang akan dipicu di hati sang dewa laut. Poseidon, tersinggung dan ingin memberi pelajaran, mengirimkan monster laut mengerikan bernama Cetus untuk menghukum negeri mereka.

Kerajaan Raja Cepheus, suami Ratu Cassiopeia, dilanda kehancuran akibat amukan Cetus. Putus asa untuk menyelamatkan negerinya, Raja Cepheus meminta bantuan seorang peramal bijak, seorang penghubung spiritual yang dipercaya dapat menyampaikan pesan dari para dewa.

Namun, ramalan yang diterima sungguh mengejutkan dan tragis: satu-satunya cara untuk menghentikan serangan monster laut itu adalah dengan mengorbankan putri mereka yang cantik, Andromeda, kepada Cetus.

Tanpa banyak pilihan, keputusan pahit itu pun diambil. Dengan hati yang hancur, Andromeda dirantai di tebing dekat laut sebagai persembahan hidup. Bagi sang monster, makan malam telah tersaji, dan untuk sementara waktu, ancaman kehancuran pun sirna.

Motif vas kuno yang menggambarkan pahlawan Yunani Perseus melawan ular laut Cetus. (wikipedia)

Begitu Cetus mencoba melahap Andromeda, Perseus terbang lewat. Putra Zeus baru saja kembali dari kemenangan atas Medusa.

Perseus melihat sang putri dan langsung jatuh cinta padanya. Kebetulan, ia membawa kepala Medusa saat terbang mendekat. Jadi Perseus terbang turun untuk menyelamatkan Andromeda, tepat saat Cetus muncul dari air untuk menyerang.

Dalam versi paling umum dari mitos ini, Perseus menggunakan kepala Medusa untuk mengubah Cetus menjadi batu.

Namun, dalam versi lain, ia mengandalkan keberanian dan keterampilannya dengan pedang, menusuk monster laut itu hingga tewas. Meski detail caranya berbeda, akhir dari kisah ini tetap sama: Cetus dikalahkan, dan Andromeda terselamatkan.

Baca Juga: Firaun Sneferu Menghirup Kekuatan Ilahi Sekhmet, Siapa Dewi Ini?

Dari Monster Laut hingga Konstelasi

Cetus bukan hanya monster laut dalam mitologi Yunani, tetapi juga nama sebuah rasi bintang yang terkenal. Konstelasi ini pertama kali dicatat oleh astronom Yunani kuno Ptolemeus dan menjadi salah satu rasi bintang terbesar di langit malam. Nama Cetus dipilih karena bentuknya yang menyerupai paus, setidaknya menurut pengamatan Ptolemeus.

Bagi pengamat di belahan bumi utara, Cetus muncul di langit malam pada akhir musim gugur hingga awal musim dingin. Rasi bintang ini dapat dilihat di garis lintang antara 70 derajat utara hingga 90 derajat selatan.

Dengan ukurannya yang sangat besar, tidak mengherankan jika Cetus menempati peringkat sebagai rasi bintang terbesar keempat di langit malam — sepadan dengan ukuran paus yang menjadi inspirasinya.

Cetus berada di wilayah langit yang disebut "Laut" oleh para astronom kuno. Di area ini terdapat rasi bintang lain yang juga berhubungan dengan air, seperti Eridanus, Pisces, Piscis Austrinus, dan Aquarius.

Beta Ceti, bintang raksasa oranye yang berjarak sekitar 96 tahun cahaya dari Bumi, adalah bintang paling terang di Cetus. Berkat letaknya yang relatif dekat, bintang ini tampak bercahaya terang di langit malam.

Menariknya, dalam tradisi astronomi Arab, Beta Ceti dikenal sebagai “katak kedua,” sebuah nama yang terdengar jauh dari citra menyeramkan yang dipersepsikan oleh bangsa Yunani.

Bintang lain yang patut diperhatikan adalah Menkar (Alpha Ceti), sebuah raksasa merah yang terletak sekitar 220 tahun cahaya dari Bumi. Secara teori, Menkar lebih cemerlang daripada Beta Ceti.

Namun, karena jaraknya yang jauh lebih jauh — sekitar 124 tahun cahaya lebih jauh — cahayanya tampak lebih redup dari Bumi.

Melalui konstelasi Cetus, mitologi dan sains bertemu di langit malam, mengingatkan kita bahwa cerita kuno masih hidup dalam bintang-bintang.

Baca Juga: Kematian Tragis Naga Ladon di Taman Hesperides dalam Mitologi Yunani