Mengapa Waktu Bisa 'Berjalan' Lebih Lambat atau Cepat dalam Kondisi Tertentu?

By Ade S, Jumat, 10 Januari 2025 | 18:03 WIB
Ilustrasi. Temukan jawaban ilmiah atas pertanyaan mengapa waktu bisa terasa lebih panjang atau lebih singkat dalam kondisi tertentu.
Ilustrasi. Temukan jawaban ilmiah atas pertanyaan mengapa waktu bisa terasa lebih panjang atau lebih singkat dalam kondisi tertentu. (Annette/Pixabay)

Namun, teori ini juga menghadapi kendala yang sama dengan teori noradrenalin, yaitu tidak dapat menjelaskan TEE yang terjadi dalam kondisi non-darurat.

Kemungkinan lain adalah bahwa TEE merupakan ilusi ingatan. Dalam situasi yang sangat intens, otak kita mungkin merekam lebih banyak detail daripada biasanya, sehingga ketika kita mengingat kembali peristiwa tersebut, ingatan-ingatan tambahan ini menciptakan kesan bahwa waktu berjalan lebih lambat.

Namun, survei terbaru yang melibatkan 280 peserta TEE menunjukkan bahwa kurang dari 3% percaya bahwa pengalaman mereka hanyalah ilusi. Sebagian besar peserta (sekitar 87%) yakin bahwa mereka mengalami perluasan waktu secara nyata.

Peran perubahan keadaan kesadaran

Dalam pemahaman Taylor, inti dari fenomena Tees terletak pada dinamika perubahan keadaan kesadaran.

Peristiwa tak terduga seperti kecelakaan, misalnya, dapat memicu gangguan mendadak pada proses psikologis kita yang normal, sehingga memunculkan pergeseran kesadaran yang signifikan. Fenomena serupa juga terjadi dalam dunia olahraga, di mana dia menyebutnya sebagai "super-absorpsi".

Kita semua familiar dengan konsep "absorpsi" – keadaan di mana waktu seolah-olah berjalan lebih cepat karena kita begitu fokus pada suatu aktivitas.

Namun, ketika tingkat absorpsi ini mencapai tingkat yang sangat tinggi dan berlangsung dalam durasi yang cukup lama, terjadi fenomena yang berlawanan: waktu seakan melambat secara drastis. Ini adalah kondisi yang sangat menarik dan patut diteliti lebih lanjut.

Perubahan mendasar dalam keadaan kesadaran tidak hanya memengaruhi persepsi waktu kita, tetapi juga identitas kita dan cara kita memandang hubungan antara diri kita dengan dunia di sekitar kita.

Psikolog Marc Wittmann telah melakukan penelitian yang menunjukkan adanya korelasi yang kuat antara persepsi waktu dan kesadaran diri.

Secara umum, kita cenderung merasa hidup dalam sebuah ruang mental yang terpisah dari dunia fisik di sekitar kita.

Namun, dalam keadaan kesadaran yang sangat intens, batas antara diri dan dunia ini menjadi kabur. Kita tidak lagi merasa terkurung dalam pikiran kita sendiri, melainkan merasa menyatu dengan lingkungan sekitar.

"Hal ini berarti batas antara kita dengan dunia menjadi lebih lunak. Dan dalam prosesnya, persepsi waktu kita meluas. Kita terlepas dari kesadaran normal kita dan memasuki dunia waktu yang berbeda," tutup Taylor.