Hal ini disebabkan oleh ritme biologis internal yang mulai memberikan sinyal untuk beraktivitas. Akibatnya, mimpi yang kita alami menjelang pagi cenderung lebih jelas dan mudah diingat, seperti yang dijelaskan oleh Wamsley.
"Kita mengalami lebih banyak aktivitas otak dan tidur yang lebih ringan dan lebih aktif karena ritme biologis internal kita memberikan isyarat aktivasi ini untuk menjadi waspada," papar Wamsley.
Namun, kebiasaan bangun tidur yang umum, seperti menggunakan alarm, dapat menghambat proses mengingat mimpi. Alarm cenderung membangunkan kita dari tidur nyenyak, fase tidur di mana ingatan terhadap mimpi paling rendah.
Hal tersebut disampaikan oleh Jing Zhang, seorang peneliti neurosains kognitif di Massachusetts General Hospital dan Harvard Medical School, di mana ia mempelajari tidur dan ingatan.
Sebagian alasannya adalah karena alarm dapat membangunkan kita dari tidur nyenyak, ketika mengingat mimpi lebih rendah, daripada membiarkan kita secara alami keluar dari fase tidur yang lebih ringan, setuju Wamsley.
Selain itu, Zhang menjelaskan bahwa alarm juga dapat meningkatkan kadar kortisol dalam tubuh. Lonjakan hormon stres ini dapat membuat kita terkejut dan langsung beralih fokus ke aktivitas sehari-hari, sehingga mimpi yang baru saja kita alami cepat terlupakan.
Untuk meningkatkan kemampuan mengingat mimpi, kita dapat mencoba menghindari penggunaan alarm selama beberapa hari. Dengan membiarkan tubuh terbangun secara alami, kita memberikan kesempatan lebih besar pada otak untuk memproses dan mengingat mimpi.
Selain itu, melatih diri untuk mengingat mimpi secara rutin juga dapat meningkatkan kemampuan ini. "Sama seperti tugas mengingat lainnya, jika Anda mempraktikkannya, Anda akan menjadi lebih mahir," ujar Zhang kepada Popular Science.
Faktor lain yang memengaruhi kemampuan Anda mengingat mimpi adalah konten dan intensitas emosional dari mimpi itu sendiri. Seperti halnya kita lebih mudah mengingat peristiwa emosional dalam kehidupan nyata, mimpi yang sarat dengan emosi kuat juga cenderung lebih melekat dalam ingatan.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zhang, yang menunjukkan bahwa mimpi-mimpi dengan muatan emosional yang tinggi lebih mudah diingat.
Kepribadian individu juga berperan signifikan dalam kemampuan mengingat mimpi. Berdasarkan hasil berbagai penelitian, individu dengan tingkat keterbukaan yang tinggi – seperti yang diukur dalam tes kepribadian Big Five – cenderung memiliki ingatan mimpi yang lebih baik.
Baca Juga: Singkap Legenda Penyihir-Penyihir nan Menakutkan dalam Berbagai Budaya