Mengapa Terkadang Kita Bisa Lupa Sama Sekali dengan Mimpi Kita Sendiri?

By Ade S, Rabu, 29 Januari 2025 | 10:03 WIB
Ingin tahu kenapa mimpi seringkali menghilang dari ingatan setelah bangun tidur? Temukan jawabannya di sini. (Thomas Meier/Pixabay)

Nationalgeographic.co.id—Pernahkah Anda terbangun di pagi hari, merasa seperti baru saja kembali dari sebuah perjalanan panjang ke dunia lain?

Pikiran Anda masih dipenuhi oleh gambaran-gambaran hidup yang begitu nyata, lengkap dengan tokoh-tokoh dan alur cerita yang memukau. Namun, di lain waktu, bangun tidur terasa seperti muncul dari kehampaan, tanpa membawa kenangan apapun dari dunia mimpi.

Meskipun kita seringkali kesulitan mengingat detail mimpi, hampir semua orang bermimpi setiap malam. Faktanya, penelitian menunjukkan bahwa bahkan mereka yang mengaku tidak pernah bermimpi, ternyata tetap mengalami mimpi.

"Jika kita membangunkan seseorang saat mereka sedang mengalami tahap tidur aktif, dan segera menanyakan apa yang mereka pikirkan, mereka pasti akan mengingat sesuatu," ungkap Erin Wamsley, seorang profesor psikologi dan ilmu saraf di Furman University.

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan di Popular Science, Wamsley menjelaskan bahwa dalam kondisi laboratorium tidur yang terkontrol, hampir semua peserta mampu mengingat setidaknya satu mimpi setiap malam.

Satu-satunya pengecualian adalah individu-individu yang mengalami kerusakan otak pada area tertentu, yang mengakibatkan hilangnya kemampuan bermimpi dan sejumlah efek samping lainnya.

Mengapa kita begitu sering lupa dengan mimpi yang baru saja kita alami? Jawabannya tidak sesederhana itu.

Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan kita untuk mengingat mimpi, dan hingga kini, misteri seputar dunia mimpi masih terus menjadi objek penelitian. Namun, ilmu pengetahuan telah memberikan beberapa petunjuk mengenai mengapa mimpi begitu sulit untuk diingat.

Tidur Anda baik justru jika tak mengingat mimpi

Pertama, seperti yang telah diteliti oleh Wamsley, ingatan akan mimpi cenderung bersifat sementara. Kemungkinan besar, kita hanya akan mengingat mimpi jika terbangun saat atau segera setelah mimpi tersebut berlangsung, lalu meluangkan waktu sejenak untuk merenungkannya.

Proses mengingat mimpi ini sangat dipengaruhi oleh aktivitas neurotransmitter yang berbeda saat kita tidur.

Baca Juga: Overtourism: Ketika Tempat yang Dianggap 'Surga' Berubah Jadi 'Neraka'

Terbangun di tengah malam memang kerap dikaitkan dengan ingatan mimpi yang lebih baik. Faktanya, terbangun sebentar untuk mengubah posisi tidur adalah hal yang wajar dan dialami oleh banyak orang. Namun, penting untuk diingat bahwa terlalu sering terbangun justru dapat mengganggu kualitas tidur secara keseluruhan.

Wamsley menjelaskan, "Tidur yang buruk seringkali dikaitkan dengan ingatan mimpi yang tinggi... Beberapa kali terbangun adalah normal dan sehat. Namun, terlalu sering terbangun seringkali merupakan bagian dari gangguan tidur."

Mampu mengingat mimpi adalah pengalaman yang menarik. Namun, tahukah Anda bahwa waktu kita bangun tidur memiliki peran yang sangat krusial dalam seberapa jelas kita mengingat mimpi-mimpi tersebut? Untuk memahami hal ini, kita perlu menyelami lebih dalam mengenai siklus tidur manusia.

Siklus tidur kita terdiri dari empat tahap berbeda yang berulang sepanjang malam. Tahap-tahap ini meliputi tidur Rapid Eye Movement (REM) dan tiga jenis tidur Non-REM (NREM).

Tidur NREM 1 adalah tahap paling ringan, diikuti oleh NREM 2 yang ditandai dengan gelombang otak yang mulai melambat. Sebagian besar waktu tidur kita, sekitar setengahnya, dihabiskan dalam tahap NREM 2 ini.

Setelah itu, kita memasuki tahap NREM 3, yang sering disebut sebagai tidur nyenyak. Pada tahap ini, gelombang otak melambat lebih jauh, dan tubuh kita benar-benar rileks. Tahap NREM 3 sangat penting untuk pemulihan tubuh dan biasanya terjadi di awal malam.

Tahap terakhir dalam siklus tidur adalah REM. Selama tidur REM, aktivitas otak kita sangat mirip dengan saat kita terjaga. Mata kita bergerak dengan cepat di bawah kelopak mata, dan inilah saat di mana sebagian besar mimpi kita yang paling jelas dan detail terjadi.

Meski begitu, penting untuk diingat bahwa kita juga dapat bermimpi di tahap tidur lainnya, terutama saat terbangun dari tidur NREM. Namun, peluang untuk mengingat mimpi secara detail jauh lebih tinggi ketika kita terbangun dari tidur REM.

"Ada sekitar 80% kemungkinan mengingat mimpi saat terbangun dari tidur Rapid Eye Movement dan sekitar 50% kemungkinan saat terbangun dari tahap tidur lainnya," ungkap Wamsley.

Waktu dan konteks mimpi juga berpengaruh

Waktu malam juga memainkan peran penting dalam kualitas dan ingatan kita terhadap mimpi. Semakin dekat waktu tidur kita dengan waktu bangun, semakin aktif otak kita bekerja.

Baca Juga: Dieng Caldera Race dan Mimpi Jadikan Indonesia Sebagai Episentrum Trail Run

Hal ini disebabkan oleh ritme biologis internal yang mulai memberikan sinyal untuk beraktivitas. Akibatnya, mimpi yang kita alami menjelang pagi cenderung lebih jelas dan mudah diingat, seperti yang dijelaskan oleh Wamsley.

"Kita mengalami lebih banyak aktivitas otak dan tidur yang lebih ringan dan lebih aktif karena ritme biologis internal kita memberikan isyarat aktivasi ini untuk menjadi waspada," papar Wamsley.

Namun, kebiasaan bangun tidur yang umum, seperti menggunakan alarm, dapat menghambat proses mengingat mimpi. Alarm cenderung membangunkan kita dari tidur nyenyak, fase tidur di mana ingatan terhadap mimpi paling rendah.

Hal tersebut disampaikan oleh Jing Zhang, seorang peneliti neurosains kognitif di Massachusetts General Hospital dan Harvard Medical School, di mana ia mempelajari tidur dan ingatan.

Sebagian alasannya adalah karena alarm dapat membangunkan kita dari tidur nyenyak, ketika mengingat mimpi lebih rendah, daripada membiarkan kita secara alami keluar dari fase tidur yang lebih ringan, setuju Wamsley. 

Selain itu, Zhang menjelaskan bahwa alarm juga dapat meningkatkan kadar kortisol dalam tubuh. Lonjakan hormon stres ini dapat membuat kita terkejut dan langsung beralih fokus ke aktivitas sehari-hari, sehingga mimpi yang baru saja kita alami cepat terlupakan.

Untuk meningkatkan kemampuan mengingat mimpi, kita dapat mencoba menghindari penggunaan alarm selama beberapa hari. Dengan membiarkan tubuh terbangun secara alami, kita memberikan kesempatan lebih besar pada otak untuk memproses dan mengingat mimpi.

Selain itu, melatih diri untuk mengingat mimpi secara rutin juga dapat meningkatkan kemampuan ini. "Sama seperti tugas mengingat lainnya, jika Anda mempraktikkannya, Anda akan menjadi lebih mahir," ujar Zhang kepada Popular Science.

Faktor lain yang memengaruhi kemampuan Anda mengingat mimpi adalah konten dan intensitas emosional dari mimpi itu sendiri. Seperti halnya kita lebih mudah mengingat peristiwa emosional dalam kehidupan nyata, mimpi yang sarat dengan emosi kuat juga cenderung lebih melekat dalam ingatan.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zhang, yang menunjukkan bahwa mimpi-mimpi dengan muatan emosional yang tinggi lebih mudah diingat.

Kepribadian individu juga berperan signifikan dalam kemampuan mengingat mimpi. Berdasarkan hasil berbagai penelitian, individu dengan tingkat keterbukaan yang tinggi – seperti yang diukur dalam tes kepribadian Big Five – cenderung memiliki ingatan mimpi yang lebih baik.

Baca Juga: Singkap Legenda Penyihir-Penyihir nan Menakutkan dalam Berbagai Budaya

Artinya, orang yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, pikiran yang terbuka, dan imajinasi yang kaya cenderung lebih mudah mengingat dan mengingat detail dari mimpi-mimpi mereka.

Terakhir, struktur dan fungsi otak yang unik pada setiap individu juga menjadi faktor penentu. Variasi dalam struktur dan aktivitas otak membuat beberapa orang lebih mudah memproses dan menyimpan informasi dari mimpi, sehingga mereka dapat mengingatnya dengan lebih jelas.

Mengingat mimpi penting, tapi tak perlu ditafsirkan

Mempelajari dunia mimpi memang penuh tantangan. Hingga kini, tidak ada metode pasti untuk mengetahui secara langsung saat seseorang sedang bermimpi.

Para ilmuwan pun hanya bisa mengandalkan ingatan sang pemimpi. Meski begitu, penelitian terus dilakukan dan menunjukkan adanya hubungan yang menarik antara mimpi dan ingatan.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Zhang dan Wamsley, mengingat atau tidaknya sebuah mimpi dapat memengaruhi ingatan serta emosi kita sehari-hari.

Studi tahun 2010 yang dipimpin oleh Wamsley dan dilanjutkan pada tahun 2012 menemukan fakta menarik. Peserta yang tidur setelah belajar dan bermimpi tentang materi pelajaran tersebut cenderung memiliki pemahaman yang lebih baik dan ingatan yang lebih kuat terhadap materi tersebut.

Penelitian lebih lanjut pada tahun 2024 yang dipimpin oleh Zhang juga mengungkapkan temuan yang tak kalah menarik. Peserta yang mengingat mimpi mereka cenderung mengingat gambar-gambar negatif dengan lebih baik setelah tidur.

Selain itu, suasana hati mereka juga dipengaruhi oleh isi mimpi. Mimpi positif di malam hari umumnya diikuti oleh suasana hati yang lebih baik keesokan harinya. Studi ini juga menunjukkan bahwa orang yang mengingat mimpi mereka cenderung lebih tenang dalam menghadapi situasi yang tidak biasa.

Berdasarkan temuan-temuan tersebut, Zhang menyimpulkan bahwa bermimpi memiliki peran penting dalam mengolah dan menyeleksi ingatan.

Saat kita bermimpi, otak kita seolah-olah sedang mengulang kembali peristiwa-peristiwa yang terjadi sehari-hari. Proses ini membantu kita untuk menentukan ingatan mana yang penting dan layak disimpan, serta ingatan mana yang bisa dilupakan.

"Saya pikir sangat berharga bagi orang-orang untuk memperhatikan mimpi mereka – bukan untuk terlalu menganalisis maknanya, tetapi untuk memahami bagaimana bermimpi adalah tanda bahwa otak Anda sedang melakukan pekerjaan emosional dan kognitif yang penting," kata Zhang.

"Dengan menyadari mimpi mereka, orang mungkin memperhatikan pola atau emosi yang mencerminkan apa yang sedang dikerjakan oleh pikiran mereka, yang dapat bermanfaat untuk introspeksi diri."

Namun, penting untuk diingat bahwa tidak semua mimpi memiliki makna yang dalam. Gagasan Freudian tentang mimpi sebagai simbol-simbol tersembunyi yang harus dipecahkan oleh seorang ahli adalah pandangan yang sudah ketinggalan zaman.

"Tidak ada bukti bahwa mimpi menyimpan makna tersembunyi di bawah permukaan, terutama yang Anda butuhkan seorang profesional untuk memberi tahu Anda," tambahnya.

"Orang yang mengalami mimpi adalah orang yang paling berwenang untuk mengatakan apa artinya. Tidak ada panduan tersembunyi."