Nationalgeographic.co.id—Brazen Bull, juga dikenal sebagai Sicilian Bull atau Bronze Bull, adalah salah satu alat penyiksaan paling brutal dan mengerikan yang pernah diciptakan oleh manusia.
Alat ini berasal dari Yunani kuno dan dirancang sebagai bukti kejeniusan manusia dalam menciptakan bentuk-bentuk baru kekejaman dan hukuman.
Meskipun keberadaannya diselimuti perdebatan sejarah dan penggunaannya dikaitkan dengan kisah-kisah horor dan tidak manusiawi, tidak dapat dipungkiri dampak mengerikan dari kisahnya pada pemahaman kita tentang sejarah manusia.
Brazen Bull konon diciptakan oleh Perillos dari Athena, seorang pekerja perunggu pada abad ke-6 SM, dan diperkenalkan kepada Phalaris, tiran Akragas, sebuah kota Yunani di Sisilia.
Desainnya merupakan mahakarya keahlian kuno, seekor lembu seukuran aslinya yang dicetak seluruhnya dari perunggu dengan pintu di sampingnya untuk memasukkan korban ke dalam.
Alat ini berongga di dalamnya, memungkinkan manusia untuk dipaksa masuk, dan dirancang sedemikian rupa sehingga, ketika api dinyalakan di bawahnya, Lembu akan memanas, perlahan memanggang orang di dalamnya hidup-hidup.
Brazen Bull juga memiliki alat akustik yang mengubah jeritan korban menjadi suara lembu yang mengaum. Mulut Lembu, seperti dilansir laman The Archaeologist, direkayasa sedemikian rupa sehingga berfungsi sebagai semacam sistem resonansi.
Jeritan kesakitan orang di dalam diubah menjadi suara auman lembu yang marah, memberikan tontonan suara yang ironis dan mengerikan bagi para penonton. Fitur mengerikan ini merupakan demonstrasi prinsip-prinsip akustik dan hiasan yang mengerikan dari hukuman tersebut.
Korban pertama adalah penciptanya sendiri
Di kota Akragas yang diperintah oleh seorang tiran yang terkenal kejam dan bengis, Phalaris, dari tahun 570 hingga 554 SM, sebuah alat eksekusi mengerikan diciptakan atas perintahnya.
Alat yang dikenal sebagai Brazen Bull itu dirancang untuk mengubah eksekusi menjadi tontonan publik yang mengerikan, dengan tujuan menanamkan rasa takut dan kepatuhan yang mendalam di antara rakyatnya. Ironi yang kejam dari sang tiran muncul ketika ia sendiri menggunakan Brazen Bull pada penemunya sendiri, Perillos.
Baca Juga: Sejarah Dunia: Gelitikan Jadi Salah Satu Cara untuk Menghukum Tahanan
Kisah tragis ini bermula ketika Perillos, seorang pandai besi yang terampil, mengusulkan Brazen Bull kepada Phalaris, menjanjikan bahwa jeritan korban yang dipanggang perlahan di dalam Lembu akan terdengar seperti auman seekor lembu yang bergema.
Phalaris, yang tertarik dengan prospek tontonan yang mengerikan itu, memerintahkan Perillos untuk masuk ke dalam Lembu untuk mendemonstrasikan sifat akustiknya yang unik. Tanpa curiga, Perillos masuk ke dalam Brazen Bull.
Saat Perillos berada di dalam, Phalaris dengan kejam mengunci pintu dan menyalakan api di bawahnya, secara efektif memanggang Perillos hidup-hidup di dalam Brazen Bull. Dengan demikian, korban pertama dari Brazen Bull yang mengerikan itu adalah penciptanya sendiri, sebuah ironi yang akan dikenang sepanjang sejarah.
Catatan sejarah terkati Brazen Bull
Kisah Brazen Bull ini terutama dikenal dari catatan para sejarawan kuno. Diodorus Siculus, seorang sejarawan Yunani yang hidup pada abad ke-1 SM, adalah sumber paling awal yang memberikan rincian lengkap tentang kisah Phalaris dan Brazen Bull. Tulisannya membentuk dasar pemahaman kita tentang Brazen Bull, penciptaannya yang mengerikan, dan akhir tragis yang menimpa penciptanya.
Selain Diodorus Siculus, sumber lain yang menyebutkan Brazen Bull adalah Pindar, seorang penyair lirik Yunani kuno. Dalam salah satu ode-nya, Pindar secara singkat menyinggung Phalaris dan merujuk pada "lembu yang mengaum tembaga", sebuah petunjuk tentang alat eksekusi yang mengerikan itu.
Lucian, seorang ahli retorika dan satir dari abad ke-2 M, juga menyebutkan Brazen Bull dan pemerintahan kejam Phalaris dalam tulisannya, memberikan bukti lebih lanjut tentang keberadaan alat tersebut dan kekejaman yang terkait dengannya.
Meskipun ada penyebutan dari berbagai sumber kuno ini, keaslian Brazen Bull sebagai alat eksekusi yang nyata tetap menjadi topik perdebatan di antara para sejarawan modern.
Beberapa sarjana berpendapat bahwa Brazen Bull mungkin lebih merupakan legenda daripada kenyataan sejarah, sebuah kisah mengerikan yang dibesar-besarkan selama berabad-abad melalui penceritaan kembali dan penyampaian dari mulut ke mulut.
Tiruan bernama "iron maiden"
Kisah Brazen Bull yang mengerikan tidak berakhir dengan kematian mengerikan Phalaris atau Perillos. Legenda berlanjut, menceritakan bahwa Lembu itu dibawa oleh orang-orang Kartago ketika mereka menjarah kota Akragas yang makmur pada tahun 406 SM, sebuah kota Yunani kuno yang terletak di pantai selatan Sisilia.
Baca Juga: 'Lidah Kambing', Hukuman Menggelikan yang Perlahan Berubah Jadi Menyakitkan
Setelah kota itu jatuh ke tangan mereka, Brazen Bull menjadi bagian dari jarahan perang mereka, sebuah simbol kemenangan dan kekuasaan yang mengerikan.
Namun, takdir memiliki rencana yang berbeda untuk Lembu itu. Ketika Republik Romawi yang sedang bangkit meningkatkan pengaruhnya di wilayah tersebut, Kartago dan Roma terlibat dalam serangkaian konflik yang menentukan yang dikenal sebagai Perang Punic.
Selama periode pergolakan ini, Brazen Bull, yang sekarang menjadi piala perang Kartago, akhirnya jatuh ke tangan orang-orang Romawi ketika mereka menaklukkan Kartago pada akhir abad ke-3 SM.
Kisah Lembu berlanjut, meskipun dengan cara yang tidak jelas. Beberapa catatan sejarah menunjukkan bahwa Lembu itu akhirnya dihancurkan, mungkin sebagai bagian dari upaya orang-orang Romawi untuk menghilangkan simbol-simbol kekejaman dan tirani dari wilayah mereka yang baru ditaklukkan.
Namun, klaim ini tetap tidak terbukti, karena tidak ada bukti arkeologis yang ditemukan untuk mendukung penghancuran Lembu tersebut. Nasib akhir Brazen Bull tetap menjadi misteri, hilang dalam koridor waktu.
Meskipun keberadaannya secara fisik mungkin telah berakhir, konsep Brazen Bull terus hidup sepanjang Abad Pertengahan dan periode Awal Modern di Eropa. Pada masa ini, varian baru dari perangkat penyiksaan muncul, yang dikenal dengan sebutan iron maiden.
Alat yang menakutkan ini, yang diduga sebagai lemari besi dengan bagian depan berengsel dan interior yang dilapisi paku tajam, memiliki kemiripan yang mencolok dengan Brazen Bull.
Iron maiden, seperti Lembu, menjadi simbol penyiksaan dan hukuman yang kejam, meskipun penggunaannya yang sebenarnya dalam konteks sejarah tetap menjadi subjek perdebatan dan spekulasi yang sedang berlangsung.
Brazen Bull dan warisan budayanya
Warisan Brazen Bull melampaui batas waktu, meninggalkan jejak yang tak terlupakan dalam budaya populer. Alat ini telah menjadi simbol yang kuat dari kekejaman manusia, sebuah kisah peringatan tentang bahaya kekuasaan yang tidak terkendali dan kesedihan yang dapat ditimbulkannya.
Sepanjang sejarah, Lembu telah dirujuk dalam berbagai bentuk seni, termasuk sastra, film, dan televisi, sering kali digunakan sebagai alat untuk menggambarkan bentuk hukuman atau tirani yang ekstrem.
Baca Juga: Herostratus: Kisah Orang yang Menghancurkan Keajaiban Dunia Kuno
Dalam novel Thomas Harris yang terkenal, Hannibal Rising, karakter tituler, Hannibal Lecter, terlihat menggunakan model miniatur Brazen Bull untuk membalas dendam pada penjahat perang yang bertanggung jawab atas kematian saudara perempuannya. Adegan ini menggambarkan kengerian Lembu dan kemampuannya untuk membangkitkan rasa takut dan teror yang mendalam.
Demikian pula, dalam film Immortals tahun 2011, sebuah perangkat yang sangat mirip dengan Brazen Bull ditampilkan sebagai alat penyiksaan yang digunakan oleh Raja Hyperion yang kejam. Penggambaran ini menggarisbawahi daya tahan Lembu sebagai simbol kekejaman, bahkan di zaman modern.
Brazen Bull, terlepas dari keaslian sejarahnya yang diperdebatkan, terus berfungsi sebagai pengingat yang menghantui tentang kedalaman kekejaman manusia.
Keberadaannya, baik nyata maupun fiktif, merupakan bukti sejauh mana kekuasaan dan kendali dapat merendahkan martabat individu, menggunakan teror sebagai alat untuk mempertahankan otoritas.
Saat kita menjelajahi permadani sejarah manusia yang rumit, seringkali suram, kisah Brazen Bull menggarisbawahi kebutuhan penting akan kemanusiaan, kasih sayang, dan keadilan dalam masyarakat kita.