"Awalnya, saya termotivasi dengan menonton sebuah tayangan dari kanal youtube National Geographic berjudul 'Global Warming 101'. Dari sana, saya terlarut untuk mendalami mengenai krisis iklim yang seharusnya menjadi urgensi utama umat manusia saat ini," ucap Kak Rahmat.
Dari sana ia melanjutkan ceritanya mengenai bagaimana cara ia mengambil langkah demi langkah sederhana untuk dapat mengikutsertakan diri dalam penanggulangan masalah ini.
Kak Rahmat berkata, "Saya mulai dari hal yang paling sederhana, contohnya dengan cara meminimalisir penggunaan plastik, menggunakan transportasi umum dibandingkan transportasi pribadi, serta mengadopsi pola hidup yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan."
Hal-hal ini mungkin terdengar sepele, tetapi dari percakapan malam itu, aku mulai menyadari satu hal: perubahan besar dimulai dari langkah kecil.
Beberapa minggu setelah lokakarya itu, aku memutuskan untuk memulai langkah kecilku. Aku memulai langkahku dari rumah kecilku. Listrik adalah hal pertama yang kucermati. Aku mengganti lampu rumahku dengan lampu LED yang lebih hemat energi, karena aku menyadari bahwasannya proses produksi listrik konvensional menyumbang banyak sekali emisi karbon penyebab krisis iklim.
Kemudian aku pun merenungi perkataan kak Rahmat dengan lebih dalam, aku mulai memikirkan soal transportasi. Dulu, aku kerap menggunakan motor untuk bepergian, bahkan untuk jarak yang dekat. Tapi kini, aku lebih memilih bersepeda ataupun menggunakan transportasi umum jika jarak tempuhnya cukup jauh.
Pada suatu kesempatan, orangtuaku berencana untuk membeli mobil yang baru. Tentunya hatiku langsung tergerak seketika untuk menyarankan mobil listrik sebagai opsi utama. Singkat cerita, setelah mengumpulkan uang, akhirnya orangtuaku berkesempatan untuk membeli mobil listrik ramah lingkungan, yaitu mobil Toyota jenis BZ4X BEV yang sepenuhnya memanfaatkan energi listrik sebagai bahan bakar.
Beranjak pada komunitasku di sekolaku yaitu OSIS, aku bekerja sama dengan sekolahku untuk mengadakan sesi diskusi dan sosialisasi untuk berbicara dengan teman-temanku mengenai pentingnya mengurangi emisi karbon beserta langkah-langkah sederhana yang dapat diambil dalam mengurangi jejak karbon.
Sebagian besar dari mereka skeptis dan bertanya-tanya pada awalnya. Mereka bertutur, "Apa yang bisa dilakukan oleh satu orang untuk melakukan sesuatu yang besar?" ucap mereka.
Tetapi aku terus meyakinkan mereka dengan berbagi cerita dan pengalamanku, layaknya Kak Rahmat yang pernah berbicara denganku. Perlahan-lahan, hati teman-temanku mulai tergerak.
Sampai-sampai salah satu guruku yang pada saat itu dapat menghadiri sosialisasiku yaitu Pak Jono (Kepala Sekolah). Bahkan membuat suatu kegiatan di mana kami diwajibkan untuk menanam pohon minimal satu di sekitar lingkungan sekolah maupun lingkungan rumah.
Baca Juga: Sedimen Dasar Laut, 'Area Mati' yang Justru Penting dalam Ekosistem 'Blue Carbon'