Misteri di Balik Penampakan Hantu, Bagaimana Sains Menjelaskannya?

By Ade S, Jumat, 14 Maret 2025 | 10:03 WIB
Ilustrasi hantu. Photo by Lennart Wittstock: https://www.pexels.com/photo/low-angle-view-of-man-standing-at-night-316681/
Ilustrasi hantu. Photo by Lennart Wittstock: https://www.pexels.com/photo/low-angle-view-of-man-standing-at-night-316681/ (Lennart Wittstock/pexels.com)

Salah satu bidang studi French adalah gangguan tidur yang dikenal sebagai kelumpuhan tidur. Dalam kondisi ini, seseorang merasa terbangun sepenuhnya namun tidak dapat bergerak, dan sering kali disertai dengan perasaan kehadiran jahat.

"Seolah-olah pikiran Anda bangun, tetapi tubuh Anda tidak," kata French. "Anda memiliki campuran menarik antara kesadaran bangun normal dan kesadaran mimpi, dan isi mimpi masuk ke kesadaran bangun. Hasilnya bisa sangat menakutkan."

Bagi seseorang yang mengalami kelumpuhan tidur tanpa pengetahuan sebelumnya tentang gangguan ini, asumsi bahwa mereka telah mengalami kejadian supranatural bukanlah hal yang irasional.

Menariknya, bahkan dalam kondisi kelumpuhan tidur, penampakan yang sering muncul bukanlah hantu dalam wujud manusia transparan berbadan penuh seperti yang sering digambarkan dalam film. Sebaliknya, kehadiran yang dirasakan lebih sering berupa sosok bayangan yang samar di sudut ruangan.

Evolusi kepercayaan tentang hantu

Gambaran hantu dalam budaya populer seringkali menampilkan sosok manusia tembus pandang berbadan penuh. Namun, menurut Johannes Dillinger, seorang profesor sejarah modern awal di Oxford Brookes University, penampakan semacam ini sebenarnya hanya merupakan sebagian kecil dari keseluruhan laporan pengalaman paranormal.

Dillinger melakukan penelitian mendalam untuk memahami jenis hantu yang dipercayai orang selama berabad-abad dalam masyarakat dan budaya Barat. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa gangguan yang paling sering dilaporkan sepanjang sejarah adalah poltergeist yang tidak terlihat.

Dillinger menjelaskan bahwa selama berabad-abad, "banyak sekali hantu yang sebenarnya hanyalah poltergeist, yang berarti mereka tetap tidak terlihat sepanjang waktu." Keberadaan mereka dirasakan melalui suara-suara aneh, terutama di malam hari, yang sulit dijelaskan sumbernya.

Sebelum tahun 1800, kepercayaan tentang hantu berpusat pada gagasan bahwa hantu memiliki urusan penting yang belum selesai di dunia fana.

Namun, urusan yang dimaksud sering kali bersifat sangat konkret. Dillinger mengungkapkan bahwa "hantu biasanya ingin orang menemukan harta karun mereka dan menggunakannya untuk tujuan baik."

Seiring berjalannya waktu, kepercayaan tentang hantu mengalami pergeseran. Abad ke-19 menjadi saksi kebangkitan spiritualisme, sebuah gerakan yang menekankan keyakinan bahwa manusia dapat berkomunikasi dengan hantu dan roh.

Perubahan ini, menurut Science History Institute, menandai transformasi dalam harapan orang terhadap hantu. Jika sebelumnya hantu dianggap menuntut sesuatu dari orang hidup, maka pada abad ke-19, orang hidup mulai berharap untuk dihibur atau ditenangkan oleh orang mati.

Meskipun terjadi evolusi dalam kepercayaan tentang tujuan dan sifat hantu, satu hal yang tetap konstan adalah peran hantu sebagai penjelasan yang mudah diterima untuk suara-suara misterius di kegelapan.

Dillinger menyimpulkan bahwa pada dasarnya, "hantu benar-benar benda yang berbunyi di malam hari."