Sustainability: Dimulai di Harajuku, Jepang Mulai Gerakan Fesyen Bekas Berkelanjutan

By Ade S, Rabu, 16 April 2025 | 12:03 WIB
Ilustrasi penjualan baju-baju bekas.
Ilustrasi penjualan baju-baju bekas. (cottonbro studio/pexels.com)

Nationalgeographic.co.id—Industri pakaian di Jepang semakin aktif dalam mengkampanyekan konsep penggunaan kembali busana, sebuah inisiatif yang bertujuan untuk mewujudkan mode yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Latar belakang dari gerakan ini adalah masalah produksi pakaian yang berlebihan dan pembuangan pakaian secara massal, yang secara signifikan berkontribusi terhadap emisi gas rumah kaca dan memberikan dampak negatif bagi lingkungan.

Data dari Kementerian Lingkungan Hidup, seperti dilansir The Japan Times, menunjukkan bahwa sekitar 60% dari pakaian yang dijual di Jepang pada akhirnya berakhir di tempat pembuangan sampah.

Menyadari permasalahan ini, berbagai perusahaan pakaian berupaya mengajak konsumen untuk beralih ke gaya hidup mode berkelanjutan melalui pemanfaatan pakaian bekas.

Sebagai contoh konkret dari upaya ini, sebuah peragaan busana unik digelar pada bulan November tahun lalu di distrik Harajuku, Tokyo, yang terkenal sebagai pusatnya toko-toko merek mode ternama.

Keunikan peragaan busana ini terletak pada fakta bahwa seluruh pakaian dan aksesori yang dikenakan oleh para model di atas panggung adalah barang bekas. Pakaian-pakaian ini dikumpulkan dari konsumen oleh produsen pakaian atau bahkan disediakan langsung oleh para model itu sendiri.

Acara peragaan busana ini diselenggarakan oleh Mercari, sebuah operator aplikasi pasar daring, dan secara khusus tidak menampilkan satu pun produk pakaian baru. Sejumlah sebelas perusahaan, termasuk berbagai produsen pakaian, turut berpartisipasi dalam acara inovatif ini.

Selain peragaan busana, di lokasi acara juga disediakan berbagai fasilitas menarik bagi pengunjung. Terdapat stan khusus yang memungkinkan pengunjung untuk menukarkan pakaian mereka dengan barang-barang lain yang ditawarkan untuk digunakan kembali.

Pengunjung juga dapat memanfaatkan layanan untuk mempercantik pakaian lama mereka dengan sentuhan sulaman yang kreatif. Acara yang berlangsung selama tiga hari ini berhasil menarik perhatian sekitar 900 pengunjung.

Sejumlah perusahaan pakaian telah lama menyadari pentingnya penggunaan kembali pakaian. Grup pakaian Onward Holdings, misalnya, telah memulai penjualan pakaian bekas produksi mereka sendiri sejak tahun 2014.

Menariknya, seluruh hasil penjualan dari inisiatif ini dialokasikan untuk mendukung berbagai kegiatan lingkungan.

Baca Juga: Sustainability: Arkeolog Berhasil Ungkap Hubungan antara Kesenjangan dan Keberlanjutan

Pakaian bekas yang terkumpul dan tidak dapat dijual kembali kemudian didaur ulang menjadi produk-produk bermanfaat seperti selimut dan sarung tangan kerja, yang selanjutnya disumbangkan kepada negara-negara berkembang yang membutuhkan.

Takuji Yamamoto, kepala divisi manajemen berkelanjutan Onward, menegaskan bahwa perusahaannya memiliki "tanggung jawab" untuk meneruskan siklus hidup pakaian bekas kepada pelanggan baru. Inilah yang menjadi motivasi utama bagi grup tersebut untuk secara aktif mempromosikan penggunaan kembali dan daur ulang pakaian.

Langkah serupa juga diambil oleh produsen pakaian Sanyo Shokai, pemilik merek lama Paul Stuart. Mereka mulai terjun ke penjualan barang bekas pada bulan Juni tahun lalu, dan penjualan mereka bahkan melampaui target yang ditetapkan, mencapai sekitar 10% lebih tinggi dari perkiraan.

Shinji Sakaida, seorang pejabat senior Sanyo Shokai, mengungkapkan, “Kami ingin menjalankan proyek ini sebagai bisnis yang menguntungkan sambil meluangkan waktu sekitar dua tahun untuk menilainya.”

Perusahaan lain yang turut meramaikan tren ini adalah Daidoh, yang memiliki merek mode NewYorker melalui anak perusahaan mereka. Daidoh meluncurkan situs web khusus pada bulan Oktober tahun lalu yang secara eksklusif menjual barang bekas dari merek mereka sendiri, NewYorker.

Melalui langkah ini, perusahaan tersebut berharap dapat menarik perhatian konsumen dari kalangan anak muda, yang secara umum dinilai lebih terbuka dan tidak keberatan untuk mengenakan pakaian bekas.

--

Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat! Dapatkan berita dan artikel pilihan tentang sejarah, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui WhatsApp Channel di https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News di https://shorturl.at/xtDSd. Jadilah bagian dari komunitas yang selalu haus akan ilmu dan informasi!