Nationalgeographic.co.id—Kardinal Robert Francis Prevost membuat sejarah dengan menjadi Paus Gereja Katolik pertama dari Amerika Utara. Namun, setelah terpilih, ia memilih nama kepausan yang berakar pada tradisi keagamaan selama ratusan tahun: Paus Leo XIV.
“Tidak ada aturan ketat yang mengatur bagaimana paus memilih nama kepausan mereka. Namun pemilihan nama biasanya dianggap memiliki signifikansi dalam kaitannya dengan Paus sebelumnya dengan nama yang sama,” kata Karl Shoemaker. Shoemaker adalah seorang profesor sejarah di University of Wisconsin-Madison.
Seperti yang ditunjukkan oleh angka tersebut, Kardinal Prevost adalah paus ke-14 dengan nama Leo. Ada beberapa alasan mengapa Paus Leo XIV memilih nama Leo, salah satunya adalah berkaitan dengan Paus Leo XIII.
Paus Leo XIII terkenal dengan Ensiklik Rerum novarum yang bersejarah. Ensiklik itu membahas masalah sosial dalam konteks revolusi industri besar pertama
Selain Paus Leo XIII, ada beberapa Paus yang menggunakan nama Leo dan menggoreskan sejarah penting dalam Gereja Katolik. Mulai dari Paus Leo I dan keberaniannya menghadapi Attila sang Hun hingga Paus Leo IX dan perannya dalam Skisma Besar tahun 1054.
Bagaimana kisah mereka?
Siapakah Paus Leo yang pertama?
Nama Leo berarti “singa” dalam bahasa Latin dan mengandung makna keagungan, martabat, dan kepemimpinan. Paus Leo I mewujudkan semua karakteristik ini dalam Gereja Katolik. Paus Leo I adalah Paus yang pertama dari tiga paus dalam sejarah yang memperoleh gelar “Yang Agung”.
Leo I menjadi Paus pada tanggal 29 September tahun 440, masa formatif bagi Gereja Katolik. Saat itu, ajaran Katolik telah menyebar dan merumuskan doktrin. Di saat yang sama, ide-ide baru dan pertanyaan dengan cepat berkembang. Ide-ide baru itu mengarah pada munculnya kelompok-kelompok sesat. Paus Leo I segera berusaha untuk melenyapkan para bidat ini.
Ia berkomunikasi dengan para uskup di seluruh Kekaisaran Romawi untuk menekankan persatuan. Paus Leo I juga mengawasi konsili ekumenis di Kalsedon pada tahun 451 M. Kalsedon merupakan tempat Gereja Katolik menegaskan kodrat ganda Kristus sebagai ilahi dan manusia.
Legenda menyebutkan bahwa Paus Leo I berhadapan langsung dengan Attila sang Hun pada tahun 452 M. Attila telah menyeberang ke Italia bersama koalisinya yang terdiri dari suku Goth, Hun, dan suku lainnya. Mereka semua ingin menaklukkan dan menjarah Eropa. Teks-teks Abad Pertengahan menunjukkan bahwa Paus Leo I menyelamatkan Roma setelah ia bernegosiasi secara langsung dengan Attila.
Baca Juga: Bagaimana Perkembangan Kecerdasan Buatan Jadi Salah Satu Alasan Paus Gunakan Nama Leo XIV?
Paus Leo I juga memiliki keistimewaan langka dengan dinobatkan sebagai Doktor Gereja setelah kematiannya pada tahun 461 M. Sebutan ini diperuntukkan bagi orang-orang kudus yang tulisannya memiliki otoritas khusus dalam Gereja Katolik.
Pada tahun 2008, Paus Benediktus XVI membahas tentang Paus Leo yang Agung. Ia menjelaskan, “Julukan yang dikaitkan dengannya menunjukkan bahwa ia benar-benar salah satu Paus terhebat. Paus Leo I menghormati Takhta Suci dan memberikan kontribusi yang sangat penting untuk memperkuat otoritas dan prestisenya.”
Leo III dan Kaisar Romawi Suci pertama
Terpilih pada tahun 795 M, Paus Leo III adalah paus yang menobatkan Charlemagne sebagai kaisar Romawi Suci pertama.
Menurut Inside the Medieval World dari National Geographic, “Banyak sejarawan menganggap Charlemagne menyebarkan agama Kristen di wilayah-wilayah yang sebelumnya merupakan wilayah pagan. Jadi, membawa budaya dan homogenitas yang sama ke berbagai suku.” Penguasa tersebut menjadi pembela iman Kristen dan, di bawah kepemimpinannya, benua tersebut berkembang pesat.
Keputusan Paus Leo III untuk menunjuk kaisar sebagai pemimpin Gereja menegaskan kembali hubungan antara kepausan dan para penguasa Frank. Penguasa Frank melindungi Gereja Katolik dari ancaman terhadap tanah dan hak-haknya. Keputusan tersebut juga menjadi landasan bagi tindakan yang diambil oleh Paus Leo IX berabad-abad kemudian. Keputusan itu diambil ketika masalah otoritas dan doktrin memecah belah agama Kristen menjadi dua.
Paus Leo IX dan perpecahan besar
Terlahir dengan nama Bruno dari Egisheim, Paus Leo IX menjadi pemimpin Gereja Katolik. Ia juga menjadi penguasa Negara Kepausan, wilayah di dalam dan sekitar Roma, pada tahun 1049.
Pada saat itu, hubungan antara Roma dan Konstantinopel sedang tegang. Kaisar Konstantinus mengalihkan otoritas Kekaisaran Romawi ke timur ke Konstantinopel pada tahun 330. Kota tersebut semakin berkuasa dan menonjol selama berabad-abad berikutnya—yang akhirnya menjadi “Roma Baru”. Patriark Konstantinopel menganggap dirinya setara dengan uskup Roma. Dan sebagai hasilnya, terjadi ketegangan.
Umat Katolik di kedua ujung Mediterania telah mengadopsi praktik yang berbeda (misalnya penggunaan roti tidak beragi atau beragi). Juga ada beberapa rincian doktrinal antara kedua tradisi tersebut masih belum terselesaikan. Perbedaan budaya semakin memperburuk konflik. Terutama dalam hal bahasa karena wilayah barat tetap mengabdikan diri pada Misa Latin dan wilayah timur mengadopsi bahasa Yunani.
Persoalan memuncak setelah Konstantinopel menutup semua gereja Latinnya. Sebagai tanggapan, Paus Leo IX mengirim delegasi yang dipimpin oleh Hubert dari Silva Candida ke Konstantinopel. Delegasi itu dikirim untuk menyelesaikan perselisihan dengan Patriark Michael Cerularius. Sebaliknya, Hubert menempatkan bulla ekskomunikasi untuk patriark di kota itu di altar Hagia Sophia pada tanggal 16 Juli 1054.
Baca Juga: Asal-usul Tradisi Paus Mengubah Nama dan Bagaimana Mereka Memilihnya?
Paus Leo IX telah meninggal pada saat ekskomunikasi tersebut, tetapi itu tetap merupakan langkah yang telah ia mulai. Akibatnya, Gereja Katolik yang berpusat di Roma dan Gereja Ortodoks Timur yang berpusat di Konstantinopel menjadi dua entitas terpisah setelah Skisma Besar ini.
Paus Leo X mengucilkan Martin Luther
Paus Leo lainnya—Paus Leo X—juga menghadapi momen yang memecah belah dalam Kekristenan. Paus Leo X memegang takhta kepausan dari tahun 1475 hingga 1521. “Selama tahun terakhir masa kepausannya, Paus Leo X mengucilkan Martin Luther,” tulis Melissa Sartore di laman National Geographic.
Martin Luther adalah teolog Jerman dan mantan pastor dari ordo Santo Agustinus, ordo yang sama dengan Paus Leo XIV. Martin Luther telah menjadi kritikus vokal Gereja Katolik. Tahun 1521, Martin Luther menolak untuk menghadiri Diet of Worms untuk menarik kritiknya. Penolakan menyebabkan Paus Leo X mengeluarkan bulla ekskomunikasi untuk Martin Luther dan para pengikutnya.
Martin Luther adalah salah satu tokoh kunci dalam Reformasi Protestan pada abad ke-16. Reformasi itu memecah belah agama Kristen menjadi dua. “Gereja Katolik di satu kubu dan agama Protestan seperti Lutheranisme di kubu lainnya,” tambah Sartore.
Paus Leo dan semangat persatuan
Secara kolektif, para Paus yang menggunakan nama Leo termasuk orang-orang paling berpengaruh yang menduduki jabatan kepausan. Mereka menganjurkan persatuan dan pengabdian dalam sejarah Gereja Katolik.
Hal ini berlaku bagi Paus Leo XIII, yang menduduki Takhta Suci dari tahun 1878 hingga 1903. Sebagai seorang intelektual, Paus Leo XIII mengakui perlunya sains, ide-ide modern, dan keterbukaan pikiran. Paus Leo XIII juga seorang teolog.
Paus Leo XIII melihat secara mendalam realitas dunia. Ia selalu menyadari pertempuran yang tak terlihat namun sangat nyata yang sedang berlangsung melawan jiwa setiap orang dan melawan komunitas di mana-mana.
Semangat ini ditangkap oleh Paus Leo XIV dalam sambutan awalnya kepada dunia. Ia menyebutkan perlunya kerja sama untuk membangun jembatan dan berkomunikasi. “Bersikap terbuka bagi semua orang, bagi semua yang membutuhkan kasih amal, kehadiran, dialog, dan kasih kita,” ungkap Paus Leo XIV dengan rasa harapan untuk masa depan.
---Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.