Korban dari kapal selam I-66 yang kemudian berganti nama menjadi I-166 pada 20 Mei 1942 ini terus berjatuhan, di antaranya:
1. Kapal logistik "Nord", laut Andaman, 21 Januari 19422. Kapal penumpang Inggris "Chak Sang", Teluk Benggala, 22 Januari 19423. Kapal kargo Inggris "Kamuning", Trinkomale, 14 Februari 19424. Kapal selam I-166 yang saat itu berada di bawah pimpinan Kaigun Sosha Tanaka melaporkan telah menenggelamkan sebuah kapal dagang Sekutu pada 16 Agustus 1942.5. Tanaka kembali melaporkan telah menenggelamkan sebuah kapal dagang Sekutu pada 17 Agustus 1942.6. Kapal dagang "Camila", perairan Kalkuta, 1 Oktober 19427. Kapal dagang Inggris "Cranfield", Laut Arab, selatan India, 23 November 1942
Pada 13 Juli 1944, kapal selam Inggris HMS Telemachus diperintahkan untuk mencegat lalu-lalang patroli kapal selam Jepang, Cdr William D.A King (setingkat Mayor TNI) sebagai komandan menentukan titik pencegatan. Karena kapal selam I-166 bersarang di Surabaya dan Penang, maka Cdr William memutuskan menantinya di Selat Malaka, di selatan Tanjung Sedepa.
Empat hari kemudian, 17 Juli 1944 pukul 07.08 pagi waktu setempat, perwira jaga HMS Telemachus melaporkan melihat bayangan kapal selam Jepang pada jarak 6,5 km di depan. Komandan Telemachus memperkirakan kapal musuh bergerak dengan kecepatan 18 knot dan tak bisa bermanuver zig-zag karena sempitnya wilayah perairan yang dipilih sebagai "killing ground" tersebut.
Pukul 07.20, William D.A King memberikan perintah tembak, seketika enam torpedo diluncurkan dari jarak 1.400 meter. Semua awak menanti dengan tegang, 92 detik kemudian terdengar ledakan, satu torpedo menghantam buritan kapal I-166. Kapal itu tenggelam di kedalaman 40 meter pada koordinat 02-48N, 101-03E. 88 pelaut terbunuh dalam ledakan, sepuluh orang lainnya terempas keluar dari badan kapal dievakuasi oleh perahu nelayan setempat setelah tujuh jam terapung.

Markas Jepang di Penang segera mengerahkan dua kapal torpedo, kapal penyebar ranjau WA-4 dan pesawat bomber Mitsubishi Ki-24 untuk memburu HMS Telemachus. Kapal WA-4 menjatuhkan 12 bom kedalaman dan Mitsubishi Ki-24 menjatuhkan dua bom 60 kg, namun semua upaya ini sia-sia, HMS Telemachus berhasil melarikan diri.
Arsip keseluruhan aksi kapal selam I-166 ini dikumpulkan dan dibukukan oleh Tsurukame Akira. Ia adalah anak dari Tsurukame Tsuruichi, Komandan Kamar Mesin I-166 yang turut menjadi korban di Selat Malaka. Buku ini berjudul Umi ni Nemuru Chichi wo Motomete, yang berarti "Pencarian Kisah Ayahku yang Beristirahat di Kedalaman Lautan". Penulis ucapkan terimakasih kepada Mayor Laut Akhmad Kurniawan yang membantu menterjemahkan data-data penting dari Bahasa Jepang ke Indonesia.
Misi Dokumentasi dan Diplomasi
Misi pendokumentasian reruntuhan USAT Liberty oleh tim Naval Historical Diver dimulai sejak hari Minggu tanggal 13 April 2025. Kami melakukan tiga sorti penyelaman dalam satu hari, dua sorti saat siang dan satu sorti selam malam. Pendokumentasian ini perlu dilakukan, karena reruntuhan kapal karam adalah aset yang harus dijaga, dengan adanya dokumentasi diharapkan bisa meminimalisir terjadinya pencurian ataupun pengrusakan.
Reruntuhan kapal ini bersandar di kedalaman sekitar 30 meter pada haluan/ bagian depan sedangkan bagian buritan sekitar 20 meter. Ia bersandar di sisi kanan, dengan arah kapal menghadap Barat Laut. Bagian kapal relatif sulit dikenali karena banyak yang sudah runtuh dan ditumbuhi begitu banyak terumbu karang, anemon berwarna hijau, putih, biru, dan rumput laut.
Baca Juga: Bukan Satu-satunya Kapal Tenggelam, Mengapa Titanic Bisa Terus Memikat Perhatian?