Tren Video ASMR, Benarkah Bisa Bermanfaat Sebagai Pereda Stres?

By Tiara Syabanira Dewantari, Kamis, 16 Mei 2019 | 15:38 WIB
Ilustrasi konsep ASMR. (TBA/Getty Images/iStockphoto)

Nationalgeographic.co.id - Belakangan ini, video ASMR sedang tren di kalangan masyarakat. Ketika kita menonton video tersebut sambil mendengarkan suaranya, itu bisa membuat kita merasakan gelitikan, bahkan sampai merinding.

Dengan maraknya tren ASMR di dunia maya, beberapa peneliti pun tertarik untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada tubuh sehingga kita merasakan sensasi tertentu hanya dengan menonton atau mendengar sesuatu melalui gawai.

Autonomous Sensory Meridian Response (ASMR) merupakan respons tubuh terhadap suatu suara yang dipersepsikan oleh tubuh kita. Respons yang diberikan bisa berupa rasa menggelitik atau rasa nikmat dan nyaman.

Baca Juga: Inilah Posisi Duduk Paling Berbahaya di Dalam Mobil Menurut Peneliti

Setiap orang memiliki respons yang berbeda terhadap suara-suara tertentu. Rasa nikmat setelah mendengar video ASMR umumnya akan terasa pada bagian belakang kulit kepala, bahkan ada beberapa yang bisa merasakannya sampai ke bahu. Tak jarang juga yang bisa merasakannya sampai punggung, pergelangan tangan, dan kaki.

“ASMR dapat dipicu oleh bisikan, suara lemah lembut seperti ketika seorang ibu menyanyikan nina bobo kepada anaknya, suara garukan, ketukan, dan remukan," ungkap psikolog Merly Erliana. 

Namun, tidak hanya melalui suara saja, ternyata ASMR ini dapat dipicu oleh berbagai macam hal. Menurut Merly, ASMR bisa muncul melalui panca indra kita seperti kontak fisik atau sentuhan, penciuman, penglihatan serta pendengaran.

Misalnya, ketika seseorang memainkan rambut sambil mengusap kepala kita, itu akan membuat kita merasa nyaman hingga mengantuk. Selain itu, aroma-aroma tertentu yang dapat menyenangkan diri, mendengarkan musik yang kita sukai hingga suara gemericik air kini sering digunakan untuk emotional healing. Begitu pula dengan memperhatikan orang yang sedang bekerja atau melakukan sesuatu.

"Selain dari suara, ASMR dapat juga dipicu oleh visual. Misalnya ketika kita menonton video seseorang sedang makan, dengan melihat betapa lahapnya orang tersebut makan maka kita akan tergoda atau terpancing menjadi tergiur dan menginginkannya,” paparnya. 

Lidya Heryanto, seorang psikiater menjelaskan, proses seseorang mengalami ASMR yaitu diawali dari indra perasa kita yang terpicu oleh suatu hal, kemudian otak kita akan merespon secara spontan dan akhirnya merasakan sensasi nikmat yang dapat memberikan perasaan rileks.

Ia memberi contoh, ketika kita mendengarkan suara gemericik air sembari memejamkan mata, pasti akan merasakan tubuh kita lama-kelamaan semakin rileks dan ringan. Dalam hal ini, ASMR membangkitkan gelombang alpha pada otak yang membuat diri menjadi rileks, tenang, seperti bermeditasi. Pemicu ASMR bagi masing-masing orang akan berbeda karena otak seseorang dapat mempersepsikan suara sesuai dengan pengalaman hidupnya.

“Otak kita mempersepsikan sensorik tergantung memori. Jadi, apa pun yang terjadi di lingkungan luar pasti akan kita tangkap, nah semuanya itu memicu semua sensorik dan bekerja sampai ke sel tubuh kita.

Semua sensor yang kita ambil--misalnya yang kita lihat, dengar, hirup, kecap, rasa dan yang membuat kita bergerak--tersimpan di dalam memori. Di memori ada perasaan, pikiran, kenangan. Jadi, semua hal yang menyenangkan, mengerikan, trauma, semuanya itu ada di pikiran kita. Bagaimana tubuh merespons suara yang memicu ASMR itu berasal dari otak,” jelas Lidya.

Baca Juga: Kabar Baik, Ilmuwan Ciptakan Plastik yang Bisa Didaur Ulang Berkali-kali

ASMR kini sudah sering dimanfaatkan sebagai “obat” penenang bagi mereka yang sedang mengalami insomnia, gelisah, panik, dan hal lain yang memiliki hubungan dengan keadaan emosi dan kondisi mental.

Penelitian mengenai ASMR pernah dilakukan oleh Emma L. Barratt dan Nick J. Davis kepada 475 orang. Menurut hasil yang ia peroleh, 98% orang mengakui bahwa ASMR dapat membantu mereka agar menjadi lebih rileks.

Pada sampel yang serupa, 82% memanfaatkan ASMR sebagai alat untuk membantu mereka tidur lebih cepat, dan 70% sebagai pereda stres. Sedikit dari mereka, yaitu sebesar 5%, mengaku memanfaatkan ASMR sebagai rangsangan seksual.