Nationalgeographic.co.id - Sekolah Mangrove mungkin belum terdengar familiar dalam konteks pendidikan. Sekolah ini baru dibentuk pada 20 Juli 2016. Dan menjadi yang pertama tidak hanya di Kabupaten Indramayu, tapi di Indonesia. Sekolah Mangrove sudah diadopsi oleh 26 Sekolah Dasar (SD) se-Kabupaten Indramayu. Di sekolah binaan Pertamina RU VI Balongan ini, siswa diedukasi mengenai pemahaman penanaman mangrove atau bakau di lingkungan sekolah.
Pertamina RU VI Balongan sadar betul akan pentingnya semangat konservasi lintas generasi. Karena itu, langkah konkret yang dilakukan adalah dengan membuat Sekolah Mangrove. Dipilihnya tingkat SD karena pendidikan dasar akan menjadi pondasi bagi anak-anak ke depannya. Anak-anak yang belajar di Sekolah Mangrove kelak akan meneruskan perjuangan melestarikan lingkungan di Indramayu.
Baca Juga : Warga Tuli-Bisu Desa Bengkala Berkreasi Lewat Kain Tenun dan Batik Lukis
Saat ini, Sekolah Mangrove sudah menerapkan mata pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) Tematik Mangrove sebagai muatan lokal. Kurikulum ini disusun secara bottom up, dimulai dengan pelatihan yang melibatkan guru, peneliti, pemerhati, aktivis bakau, pengambil kebijakan, dari lembaga yang terkait dengan dukungan dari Pertamina RU VI Balongan. Sedangkan substansi pembelajaran disusun oleh tim yang terdiri dari para peneliti, praktisi pendidikan (guru dan pengawas) dan pemerhati.
Hasil pencapaian ini adalah bukti eksistensi Pertamina RU VI Balongan terhadap lingkungan dan dunia pendidikan. Unit Manager Communications & CSR Pertamina RU VI Balongan, Rustam Aji mengatakan bahwa Sekolah Mangrove merupakan program corporate social responsibility (CSR) berkelanjutan. Ini merupakan kegiatan CSR Pertamina yang akan berbeda setiap tahunnya. Namun memiliki tujuan akhir kemandirian dari penerima manfaat. “Kami menyiapkan roadmap CSR. Ketika program ini sudah mandiri, kami akan melaksanakan program lain untuk membantu kelompok rentan lainnya,” ungkap Rustam di kantornya.
Namun, lanjutnya, karena Sekolah Mangrove beroperasi di Indramayu, maka Pertamina tidak akan melepas begitu saja. Meski kelak programnya berakhir. “Ini menjadi sekolah binaan kami yang akan tetap mendapat perhatian dari Pertamina. Mungkin perannya saja yang akan diatur lagi,” jelas Rustam.
Program yang sudah berjalan dua tahun ini masih akan dipantau secara intensif oleh Pertamina RU VI Balongan. Pendampingan akan terus dilakukan, mulai dari pengadaan buku pegangan siswa, LKS, pelatihan guru, hingga pendampingan di sekolah-sekolah. “Namun, ketika semuanya sudah lengkap hingga guru sudah ahli dalam mengajar terkait mangrove. Maka bantuan Pertamina nantinya hanya bersifat melengkapi,” terang Rustam lebih lanjut.
Misalnya, ketika 26 Sekolah Mangrove butuh tambahan untuk cetak buku, maka akan disiapkan. Atau, ketika kurikulum 13 ini berubah ke depannya, Pertamina RU VI Balongan akan menyesuaikan semua buku-buku pegangan dan LKS-nya. “Kalau sekarang kita lebih mengembangkan pelatihan kapabilitas guru dan kepala sekolah menyusun buku-buku terkait Kurikulum Muatan Lokal PLH Tematik Mangrove ini,” katanya.
Sekolah Mangrove Kebanggaan Pemkab Indramayu
Kabupaten Indramayu yang sebagian wilayahnya merupakan pesisir, sangat mengandalkan perekonomian di sektor kelautan dan perikanan. Memiliki panjang pantai 147 km dan dihuni oleh penduduk dengan 35 desa pesisir dari 11 kecamatan. Pemerintah Kabupaten Indramayu berkomitmen melestarikan hutan bakau di sepanjang pesisir utara.
Karena itu, Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu, bersama para stakeholder dengan dukungan Pertamina RU VI Balongan, memasukkan Kurikulum Muatan Lokal PLH Tematik Mangrove ke sekolah dasar. Total ada 26 sekolah dasar di pesisir Indramayu yang telah melaksanakan kurikulum ini.
Sekolah Mangrove ini merupakan kebanggaan Pemerintah Kabupaten Indramayu. Karena hanya ada satu di Indonesia. “Ada banyak program dari lembaga lain yang peduli dengan mangrove, tetapi hanya fokus pada ekowisata. Berbeda dengan kami yang ingin menyasar ke dunia pendidikan. Bahkan, program yang sudah berjalan dua tahun ini banyak yang ingin mereplikasi,” terang Rustam.
Baca Juga : Aliran Listrik Sebagai Obat, Pendekatan Radikal Dunia Kedokteran
Menurut Rustam, keunggulan dari Sekolah Mangrove adalah para siswa belajar teori di kelas bersama guru masing-masing dengan menggunakan perangkat pembelajaran Kurikulum Muatan Lokal PLH Tematik Mangrove. Siswa diajarkan bagaimana melakukan pembibitan, dan lainnya.
Di Indramayu sendiri, para siswa sudah membibitkan dua jenis mangrove di sekolah masing-masing, yaitu mangrove jenis rizhophora mucronata dan soneratia caseolaris. “Ke depannya kami ingin melalui Sekolah Mangrove ini, para generasi muda memiliki kepedulian terhadap hutan mangrove. Dan, nanti mereka dapat mengembangkan manfaat dari mangrove itu sendiri, baik untuk olahan pangan dan non-pangan,” katanya.
Penulis: Agus Wahyudi
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR