“Mungkin karena terkendala modal juga jadi mereka tidak bisa membuat sepatu dalam jumlah banyak,” cerita Nasruddin.
Melihat hal ini, Nasruddin pun memiliki keinginan untuk mendirikan ‘pabrik’ sepatunya sendiri pada 2011. Mengikuti strategi bisnis yang pernah ia lakukan sebelumnya, Nasruddin menjajakan sendiri produk sepatunya ke setiap pasar. Menawarkan kepada para pedagang apakah bersedia menjual sepatu buatannya di toko mereka. Sekarang, Nasruddin sudah memiliki langganan yang siap memesan ratusan pasang sepatu kepadanya setiap minggu.
Meski begitu, kerugian pun tak dapat dihindari oleh Nasruddin. Musibah pernah menghampirinya ketika ia menjadi korban penipuan pada 2014. Suatu hari, ada seseorang yang membeli sepatunya dalam jumlah banyak. Kala itu, sistem pembayaran yang digunakan adalah giro sehingga Nasruddin tidak langsung menerima uangnya. Betapa kagetnya Nasruddin ketika ia mengetahui ternyata gironya tidak dapat dicairkan—uang sebesar Rp29 juta-nya pun raib.
Baca Juga : Upaya Menjadikan Pulau Bidadari Sebagai “The Soul of Batavia”
Bukan hanya Nasruddin, 21 pengrajin lain di desa Mojoranu juga tertipu. Secara keseluruhan, kerugian mereka mencapai 1,3 miliar. Para produsen sepatu ini pun sempat melaporkan kejadian tersebut kepada polisi, namun sampai sekarang pelakunya tidak pernah tertangkap.
Walaupun dapat bangkit kembali, tetapi sejak saat itu Nasruddin mengalami trauma. Ia tidak lagi memperbolehkan pembayaran dalam jumlah besar melalui giro. Jika ada yang ingin membayar dengan giro, Nasruddin membatasi nominalnya menjadi Rp10 juta.
“Pokoknya kalau habis pesan, langsung bayar. Memang cara ini membuat orang-orang akhirnya tidak bisa membeli banyak sekaligus karena uang tunainya terbatas. Namun, setidaknya lebih aman,” papar Nasruddin.
Pemasaran digital
Tidak bisa hanya mengandalkan pelanggannya saat ini saja, Nasruddin mulai menjajakan sepatunya melalui platform online. Bak gayung bersambut, Nasruddin bertemu dengan Muhammad Harir Afandi selaku pengelola Rumah Kreatif BUMN (RKB) Mojokerto. RKB sendiri merupakan program BUMN Hadir Untuk Negeri yang dikelola oleh PT Pertamina Persero dengan tujuan untuk mewadahi para pelaku UKM dan bersinergi dalam meningkatkan kapabilitas para pelaku usaha mikro.
Pemilik UKM dapat berkonsultasi tentang usahanya kapan pun kepada pengurus RKB. Dan setiap bulan, ada empat kali pelatihan yang diselenggarakan. Meliputi branding produk, pemasaran, hingga manajemen bisnis.
Dari sana lah, Nasruddin semakin berusaha memanfaatkan media sosial serta marketplace untuk memasarkan produknya.
Baca Juga : Kampung Sayur Hingga Aloe Vera, Uniknya Cara Warga Doudo Manfaatkan Pekarangan Rumah
“Saya jadi mengerti bahwa kita bisa menjual produk langsung ke konsumen, tanpa perlu ada orang kedua. Di online bisa laku 20-40 pasang per minggu dan produknya semakin menyebar,” jelas Nasruddin.
Selain tentang pemasaran digital, Nasruddin juga sering mengikuti pelatihan manajemen keuangan dari RKB. Kini, ia lebih lihai mengatur pemasukkan dan pengeluaran dari bisnisnya.
“Soalnya percuma punya usaha kalau tidak bisa mengatur dan mengembangkannya. Nanti malah jadi beban. Dengan adanya pelatihan dari RKB ini, jadi menambah informasi dan membantu mengelola bisnis,” imbuhnya.
Nasruddin berharap, ke depannya, Sepatu Trendy FND bisa memiliki ciri khas sendiri dan semakin dikenal banyak orang.
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR