Kebijakan privasi yang sedikit memaksa dan pilihan default untuk pengaturan privasi pengguna telah menciptakan lingkungan di mana orang menjadi kurang awas mengenai kehidupan mereka yang menjadi subjek pengawasan menit-ke-menit.
Mereka juga kebanyakan tidak sadar jika informasi mereka secara individual dijual kembali untuk membuat lebih banyak lagi iklan yang lebih tepat sasaran. Namun perusahaan dapat secara legal, walau tidak etis, mengatakan konsumen mereka setuju akan hal tersebut.
Mengakali kekuatan pengaturan default
Peneliti privasi tahu bahwa orang tidak menyukai praktik-praktik ini, dan banyak orang akan berhenti menggunakan layanan tersebut jika mereka memahami akibat dari pengumpulan data. Jika pengawasan invasif adalah harga yang harus dibayar untuk menggunakan layanan gratis, banyak orang lebih memilih membayar atau setidaknya ingin perusahaan-perusahaan tersebut mematuhi regulasi pengumpulan data yang lebih ketat.
Perusahaan juga tahu ini, itulah sebabnya, saya berpendapat, mereka menggunakan bentuk paksaan untuk memastikan partisipasi.
Baca Juga : Diminati Sebagai Obat Tradisional, Trenggiling Menjadi Mamalia Paling Diburu
Sampai pemerintah memiliki peraturan yang, setidaknya, mengharuskan perusahaan untuk meminta persetujuan eksplisit, individu perlu mengetahui cara melindungi privasi mereka. Inilah tiga saran saya:
Mulailah dengan mempelajari cara mematikan layanan lokasi di iPhone atau perangkat Android Anda.
Hidupkan lokasi hanya jika menggunakan aplikasi yang jelas-jelas membutuhkan lokasi Anda untuk berfungsi, seperti aplikasi peta.
Hindari aplikasi, seperti Facebook Mobile, yang menggali dalam perangkat Anda untuk informasi pribadi sebanyak mungkin; gunakanlah peramban dengan mode rahasia, seperti Firefox.
Jangan biarkan pengaturan default membuka lebih banyak informasi mengenai Anda lebih dari yang Anda inginkan.
Jen King, Director of Consumer Privacy, Center for Internet and Society, Stanford University
Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.
Source | : | The Conversation Indonesia |
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR