Beberapa kegiatan berbasis ekonomi di KEM Kolok Bengkala, antara lain pelatihan kesenian tarian (Tari Jalak Anguci, Tari Baris Bebek Bengkala); pelatihan yoga dan tarian yang terinspirasi dari gerakan yoga, Tari Yogi Nandini; pelatihan pembuatan kain tenun Bengkala; pelatihan produksi jamu Sari Kunyit Bengkala (Sakuntala); pelatihan batik lukis Bengkala; pelatihan memasak; peternakan dan pertanian Bengkala; dan di masa depan, akan dilakukan pelatihan pembuatan dupa, pembuatan penginapan, serta wisata jungle trekking.
Sementara, kegiatan KEM berbasis edukasi, di antaranya program Aksara Kolok Kelih yaitu pengentasan buta huruf untuk orang-orang kolok dewasa, program pendidikan SMP pra inklusi, dan di masa depan, akan dikembangkan SMP Inklusi Satu Atap di Desa Bengkala untuk memfasilitasi anak-anak kolok dan non-kolok lulusan SD agar bisa melanjutkan sekolah ke jenjang selanjutnya.
Baca Juga : Fakta-fakta Suku Terasing Sentinelese yang Membunuh Turis Amerika
“Dari data desa tahun 2018, ternyata banyak anak kolok yang putus sekolah. Mereka sudah lulus SD, tetapi tidak bisa meneruskan SMP karena harus sekolah di kota. Di desa, kan, memang belum ada, jadi memang terbatas. Karena itu, kami programkan SMP pra inklusi,” lanjut Ajar.
Sebelum tahun 2007, masyarakat kolok di Desa Bengkala tidak mengenyam pendidikan, karena tidak ada sekolah inklusi di desa. Baru pada 2007, ketika SDN 2 Bengkala yang sudah ada sejak 1978, menjadi sekolah inklusi, anak-anak kolok bisa sekolah. Mereka diajarkan tiga bahasa isyarat, yaitu bahasa lokal kolok, Bisindo, dan ISL. Di luar itu, mereka juga belajar tentang ilmu-ilmu lain yang ada di sekolah dasar, seperti matematika dan IPA.
Berdasarkan perencanaan sesuai program CSR yang berkurun waktu 5 tahun, KEM Kolok Bengkala binaan PT Pertamina (Persero) DPPU Ngurah Rai ini diharapkan dapat mencapai tujuan utama berupa perbaikan ekonomi dan perbaikan kualitas pendidikan masyarakat kolok Bengkala pada 2020. Diharapkan, program-program KEM Kolok Bengkala dapat menambah kepercayaan diri dan kemampuan masyarakat kolok yang tidak berbeda dari masyarakat normal.
“Hal utama yang dibutuhkan masyarakat kolok adalah pemberdayaan dan pendampingan. Setelah Pertamina dan FlipMas masuk Bengkala, ada pemberdayaan untuk masyarakat lewat program-program KEM Kolok Bengkala. Ada juga pendampingan yang dilakukan, baik dari pihak Pertamina dan FlipMas ataupun dari saya yang ikut terlibat mendampingi. Semoga ini bisa berkelanjutan, karena kontinuitas itu juga penting,” tutur Ketut Kanta, Ketua Kelompok KEM Kolok Bengkala yang juga adalah guru sekolah inklusi Desa Bengkala dan pakar sign language kolok.
Penulis: Astri Apriyani
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR