Nationalgeographic.co.id – Tersembunyi di hutan hijau di Guinea dan Liberia, para ilmuwan telah menemukan spesies ular terbaru yang dapat memberikan patukan bisa tanpa membuka mulutnya.
Ini merupakan kemampuan langka yang hanya dimiliki oleh ular stiletto. Dengan taring panjang yang keluar dari sudut mulut, memungkinkan ular ini menusuk racun dari arah samping.
Kemampuan luar biasa tersebut membuat ular stiletto dapat menyerang siapa pun, termasuk ahli herpetologi.
Baca Juga : Mengagumkan, Tumbuhan Mampu Ketahui Siapa yang Menyantap Mereka
Ketika para peneliti pertama kali menemukan spesies nokturnal yang sedang merangkak di kegelapan malam Liberia tersebut, mereka mencoba menangkapnya dengan cara mencengkram bagian belakang kepalanya seperti yang biasa dilakukan pada ular-ular lain. Namun ternyata, itu bukanlah ide yang bagus.
“Dengan posisi kepala seperti itu, ular stiletto beberapa kali mencoba menyerang. Entah mencoba bergerak menjauh dari manusia atau tiba-tiba melilit–mirip dengan ular serigala dari genus Lycophidion,” papar peneliti dalam studinya.
Pada akhirnya memang tidak ada yang terluka. Bahkan, jika seseorang digigit ular stilleto pun, itu tidak akan menyebabkan kematian.
Meski begitu, bukan berarti gigitannya tidak berbahaya. Bisa ular stiletto berpotensi sitotoksik (merusak sel), menimbulkan rasa sakit parah, bengkak, melepuh dan kerusakan jaringan. Seseorang yang terkena racunnya bisa saja kehilangan jari.
Spesies asli Afrika?
Tim peneliti berhasil mengumpulkan dua spesimen lain dengan aman di perkebunan kopi dan pisang di Guinea, dengan jarak 27 kilometer. Bersama-sama, ketiga spesimen ini digambarkan oleh para peneliti sebagai hewan bertubuh ramping tapi kuat dengan kepala bulat.
Spesies baru tersebut diberi nama Atractaspis branchi atau ‘ular stiletto cabang’. Ia bergabung dengan 21 ular stiletto lain yang juga kerap ditemukan di Afrika.
Baca Juga : Hewan Juga Punya 'Perasaan', Ini Lima Kesamaannya dengan Manusia
Para peneliti menduga, ular stiletto cabang sebenarnya adalah endemik hutan hujan Guinea yang saat ini terancam oleh aktivitas penggundulan hutan, penebangan, penambangan, dan perubahan iklim. Namun, untuk saat ini, sulit mengatakan seberapa terancamnya makhluk ini karena belum ada data biologi maupun ekologi tentangnya.
“Survei lebih lanjut diperlukan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi spesies ular terbaru tersebut. Kami juga akan mengumpulkan informasi lebih lanjut tentang kebutuhan ekologis dan sifat biologisnya,” jelas peneliti.
Studi ini dipublikasikan pada Zoosystematics and Evolution.
Source | : | Science Alert |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR