Nationalgeographic.co.id – Dianggap seperti GPS pada era Pleistosen, remis yang pernah menumpang di atas punggung paus bungkuk dan paus abu-abu, mengungkap rincian pola migrasi hewan tersebut sejak 270 ribu tahun lalu.
Remis merupakan krustasea seukuran koin yang akan menetap di satu tempat sepanjang hidupnya. Memiliki cangkang pelindung, krustasea ini hanya akan menjulurkan kaki seperti bulunya untuk menangkap organisme mikroskopis yang lewat di air saat menumpang di tubuh paus yang bermigrasi. Hubungan ini pun disebut sebagai komensal.
Remis cenderung menempel ke paus dibanding batu atau perahu nelayan. Mereka melakukannya dengan membenamkan diri ke kulit paus.
Baca Juga : Perubahan Iklim, Penyebab Utama Runtuhnya Kota Pertama di Amerika
Sepanjang hidupnya, remis tumbuh beberapa milimeter setiap bulan dengan menambahkan kalsium karbonat dari air laut ke kulit. Ini membuat mereka menjadi indikator kondisi lautan di masa lalu, seta menyediakan detail perairan yang pernah dilalui paus. Uniknya, remis masih memiliki informasi tersebut bahkan ketika mereka sudah mati dan menjadi fosil––memungkinkan para ilmuwan untuk mengikuti pola migrasi paus dari tempat berkembang biaknya yang lebih hangat di Pasifik Selatan, hingga lokasi mencari makan yang lebih dingin di Alaska dan Arktika.
Kumpulan remis dan jejak yang mereka tinggalkan membantu para ilmuwan untuk mengidentifikasi masing-masing paus. Hasilnya menunjukkan, setidaknya selama 270 ribu tahun, beberapa populasi paus bungkuk telah bertemu di lepas pantai Panama, dan anehnya, masih dilakukan hingga saat ini.
Dengan kata lain, paus modern menggunakan rute migrasi yang sama dengan kerabat prasejarah mereka.
“Salah satu hal menarik dari studi ini adalah kami berhasil menemukan bukti migrasi dari garis keturunan paus bungkuk dan abu-abu. Menunjukkan bahwa hewan-hewan yang hidup ribuan tahun lalu, ternyata memiliki pola migrasi serupa dengan paus modern,” papar Larry Taylor, ahli paleontologi.
Baca Juga : 140 Kerangka Ditemukan, Bukti Ritual Pengorbanan Anak-anak Terbesar di Dunia
Informasi tersebut membantu peneliti memahami bagaimana pola migrasi memengaruhi evolusi paus selama tiga hingga lima juta tahun terakhir. Juga bagaimana adaptasi terhadap perubahan iklim di masa lalu dapat membantu memprediksi bagaimana paus modern bereaksi pada perubahan iklim saat ini.
“Bagaimana para paus mengatasinya dan apakah ada pola makan yang bergeser? Kami ingin mengetahui perilaku migrasi mereka dari tahun ke tahun dan seberapa cepat paus beradaptasi dengan perubahan iklim. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan agar petunjuk lain bisa ditemukan,” pungkas Taylor.
Rahasia Mengontrol Populasi Nyamuk: Aedes aegypti Jantan Tuli Tidak Bisa Kawin!
Source | : | IFL Science |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR