Nationalgeographic.co.id - Bepergian menggunakan pesawat dengan banyak penumpang lainnya adalah hal yang umum, tetapi pernahkah Anda membayangkan jika Anda satu-satunya penumpang pesawat ?
Hal ini lah yang terjadi pada seorang pria bernama Skirmantas Strimaitis, dia menjadi satu-satunya penumpang pada pesawat Boeing 737-800 tujuan Italia.
Baca Juga : Langka, Kondisi Ini Membuat Kita Jadi Tidak Bisa Berimajinasi
Tentu saja Strimaitis merasa terkejut ketika mengetahui bahwa dia satu-satunya penumpang dalam pesawat berkapasitas 189 penumpang. Selain dia, dalam pesawat tersebut hanya ada tujuh orang lainnya yakni dua pilot dan lima awak pesawat.
Bermula dari membeli tiket sekali jalan untuk tanggal 16 Maret, ketika tiba di Bandara Internasional Lituania, Strimaitis mulai curiga karena diberitahu bahwa dia telah ditunggu oleh awak pesawat. Merasa tidak terlambat dan tak ada yang salah, Strimaitis pun bertanya kepada pihak Bandara dan dia menemukan bahwa dia adalah satu-satunya penumpang.
Dilansir dari CNN, sebelum keberangkatan Strimaitis, ternyata pesawat Boeing ini melayani sekelompok klien pada hari yang sama. Agar pesawat tidak kembali dengan sia-sia atau kosong tanpa penumpang, akhirnya pihak maskapai menjual tiket sekali jalan untuk perjalanan tujuan Italia. Ternyata Strimaitis hanyalah satu-satunya yang membeli tiket sekali jalan tersebut.
Baca Juga : Kenali Perempuan Eropa Pertama yang Melancongi Hindia Belanda
Dari penerbangan kali itu, Strimaitis merasakan demonstrasi prosedur keamanan penerbangan secara personal dan ia memanfaatkan kesempatan ini untuk mengambil swafoto dan menulis. Tidak hanya itu, pilot pesawat tersebut memanggilnya sebagai "Mr Passenger" melalui pengumuman saat pesawat akan mendarat di Bandara Internasional Orio al Serio, Bergamo.
Strimaitis menggambarkan situasi ini sebagai pengalaman yang unik dan tidak nyata, "untuk mendapatkan kesunyian di pesawat adalah hal yang sangat tidak biasa. Saya tersenyum sepanjang hari".
Source | : | CNN |
Penulis | : | Nathania Kinanti |
Editor | : | Bayu Dwi Mardana Kusuma |
KOMENTAR