Nationalgeographic.co.id - Saat melakukan perjalanan menuju pulau South Georgia, fotografer Jeff Mauritzen tidak menyangka bahwa dia akan berjumpa dengan dua hewan ini.
Di pulau yang jarang dihuni oleh manusia tersebut, Jeff menemukan seekor penguin dan seekor anjing laut yang berbeda dari kawanannya. Seluruh tubuh mereka ditutupi oleh bulu berwarna putih.
Baca Juga : Pasangan Ini Habiskan 20 Tahun untuk Menanam Kembali Pohon di Hutan yang Rusak
Kasus bulu putih di seluruh tubuh penguin ini bukanlah hal yang pertama. Bahkan sebelumnya juga ada penguin dengan seluruh bulu tubuh berwarna hitam.
Warna unik yang ada pada tubuh mereka disebabkan oleh mutasi genetika–dalam kasus ini terutama berkaitan dengan produksi melanin. Melanin sendiri merupakan pigmen yang bertanggung jawab pada warna hitam, abu-abu dan cokelat pada bulu suatu organisme.
Mutasi genetika yang terjadi membuat oksidasi pigmen melanin tidak sempurna. Juga membuatnya lebih peka terhadap sinar matahari. Akibatnya, secara perlahan dan bertahap, terjadi perubahan warna bulu menjadi putih kecokelatan.
Baca Juga : Kerangka yang Ditemukan di NTT Ungkap Bukti Campuran Ras Sejak 2.000 Tahun Lalu
Berkebalikan dengan penguin, anjing laut yang ditemukan dengan seluruh tubuh berwarna putih ini memiliki suatu kondisi yang disebut dengan leucism. Hewan yang memiliki leucism, tubuhnya tidak memproduksi cukup banyak melanin atau pigmen warna gelap lainnya.
Hewan yang terkena mutasi genetik cenderung memiliki kesulitan karena perbedaan warna bulu mereka memudahkan hewan tersebut menjadi sasaran empuk bagi pemangsa.
Meski begitu, Hein Van Grow, seorang ahli ornitologi di Inggris mengatakan sebagian besar mutasi warna tidak begitu memengaruhi tingkat kelangsungan hidup suatu individu.
"Banyak individu yang mengalami penyimpangan warna tubuh akibat mutasi genetik, bisa bertahan hidup di alam liar untuk waktu yang lama. Bahkan dapat berkembang biak dengan baik," pungkas Hein.
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Nathania Kinanti |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR