Nationalgeographic.co.id - Tengkorak kuno yang ditemukan di Meksiko ini membuktikan bahwa suku Maya kerap menggunakan kepala manusia sebagai tempat membakar dupa.
Para ahli mengatakan, korban malang ini kemungkinan dikorbankan untuk para dewa sebelum anggota suku memotong kepala mereka dan menggunakannya untuk membakar bahan kimia berbau manis.
Para arkeolog menemukan fakta mengerikan ini saat melakukan pencarian di gua-gua bawah air yang misterius di dekat kota kuno Maya, Chichen Itza. Itu dilakukan sebagai bagian dari proyek dokumenter arkeologi terbaru berjudul Lost Treasures of Maya.
Baca Juga : Manusia Purba yang Baru Ditemukan Ini Lebih Kecil dari 'Hobbit'
Tim peneliti yang dipimpin oleh arkeolog Guillermo De Anda ini belum yakin sudah berapa lama orang tersebut meninggal atau berapa usianya saat itu. Kemungkinan, korban dibawa jauh ke dalam gua karena itu diyakini sebagai pembuka ke dunia suci.
Adanya lubang di atas tengkorak menunjukkan ritual suku Maya yang mengerikan. Kepala korban digunakan sebagai pembakar dupa yang mungkin digunakan sebagai hiasan dalam upacara mendatang.
Maya sendiri merupakan peradaban maju yang dulu menguasai wilayah Meksiko, Guatemala, dan Belize selama ribuan tahun. Mereka kemudian secara brutal dihancurkan oleh penjajah Spanyol pada abad ke-16–hanya meninggalkan sedikit catatan tertulis. Itulah sebabnya kita hanya mengetahui sedikit tentang bagaimana suku Maya hidup di luar kuil dan kota-kota kompleks yang mereka tinggalkan.
Guillermo dan timnya adalah yang pertama kali mengeksplor gua tersebut. Ia yakin penemuan ini dapat menuntunnya ke cenote (lubang alami atau lubang pembuangan yang mengarah ke danau bawah tanah). Para arkeolog yakin, cenote mungkin ada di bawah piramida besar El Castillo di dalam Chichen Itza. Cenote sendiri dianggap suci oleh anggota suku Maya.
Baca Juga : Kisah Pembantaian Massal dan Aksi Cungkil Mata yang Disebabkan Permainan Anak Panah
Selain tengkorak sebagai tempat dupa tadi, di gua tersebut juga ditemukan beberapa kerangka lain yang diduga juga menjadi korban ritual. Ada juga beberapa 'harta karun' seperti keramik dan tembikar.
Meski begitu, Guillermo meninggalkan itu semua di tempat aslinya agar tidak merusaknya mengingat ekplorasi mungkin masih berlanjut di masa depan.
Source | : | New York Post |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR