Di penangkaran, turis bisa membayar untuk menyentuh, memberi makan, dan berswafoto dengan anak singa di dalam kandang. Bahkan, mereka bisa berjalan bersama dengan singa dewasa.
Menurut Michler, di akhir hidupnya, kebanyakan singa-singa penangkaran menjadi sasaran tembak para ‘pemburu trofi’. Hewan malang tersebut sengaja ditempatkan di kandang di mana mereka tidak dapat melarikan diri.
‘Pemburu trofi’ ini kemudian akan menyimpan kulit dan kepala singa untuk menunjukkan rasa bangga. Sementara bagian tubuh lainnya diperdagangkan ke Asia untuk dijadikan obat tradisional. Afrika Selatan memiliki kuota tahunan untuk jumlah kerangka singa yang bisa diekspor secara legal.
Michler mengatakan, singa-singa di Pienika Farm kemungkinan besar dibiakkan untuk perdagangan tulang singa sebagai obat tradisional di Asia.
Hewan-hewan yang dieksploitasi untuk sektor pariwisata atau ‘pemburu trofi’ memang harus yang sehat. Namun, singa yang dimaksudkan untuk perdagangan tulang, kondisinya tidak perlu sebaik itu sehingga mereka kerap diabaikan.
“Jika Anda mengembangbiakkan singa hanya untuk mengambil tulangnya, pasti tidak akan terlalu peduli dengan penampilannya semasa hidup. Karena mereka hanya akan berakhir di karung menjadi seonggok tulang yang diekspor ke Asia,” paparnya.
Baca Juga : Habitatnya Terancam, Harimau Benggala Rentan Alami Kepunahan
Michler sendiri pesimis kasus di Pienika Farm ini akan membawa perubahan signifikan pada para penangkap predator di Afrika Selatan. Menurutnya, pelaku mungkin akan menyewa pengacara yang kuat untuk lolos dari hukuman.
Untuk saat ini, singa-singa Pienika ditahan di fasilitas yang sama. Nasib mereka tergantung pada hasil penyelidikan dan kasus pengadilan berikutnya. Delsink dari Humane Society mengatakan banyak hal “sangat tidak pasti.”
Dia mengatakan, jika singa bertahan hidup, mereka juga tidak dapat dilepaskan ke alam liar karena selama ini sudah ditahan di penangkaran seumur hidupnya. Mereka mungkin akan kesulitan bertahan di alam liar Afrika yang memiliki banyak hewan.
“Masa depan singa-singa ini suram. Hanya ada sedikit pilihan yang tersedia untuk mereka,” pungkas Delsink.
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR