“Menyesuaikan berbagai kebijakan penggunaan narkoba lainnya, undang-undang ganja medis dikaitkan dengan penurunan kecil dalam penggunaan ganja saat ini di antara remaja, dengan penurunan yang lebih besar di beberapa sub-kelompok seperti laki-laki dan remaja Afrika-Amerika serta Hispanik,” kata penulis utama studi tersebut Rebekah Levine Coley yang juga seorang peneliti psikologis di Boston College, melalui email.
Baca Juga: Menelusuri Peta DNA Ganja
Para peneliti menemukan bahwa remaja pengguna ganja sangat bervariasi di setiap negara bagian, dari rata-rata 8,6 persen di Utah hingga hampir 28 persen di Vermont. Untuk menyesuaikan perbedaan antar negara bagian ini, mereka menggunakan model statistik dan tingkat penggunaan aktual yang dilaporkan oleh remaja di setiap negara bagian selama periode penelitian untuk menghitung probabilitas atau risiko penggunaan ganja oleh remaja.
Secara keseluruhan, probabilitas ini adalah 18,9 persen di negara-negara bagian dengan undang-undang yang melegalkan penggunaan ganja medis, dan 20 persen di negara-negara lain, demikian temuan studi tersebut.
Perbedaan lebih dari satu poin persentase ini lebih menonjol di antara kelompok remaja tertentu.
Baca Juga: Lalat Pikat Gemar Menghisap Darah dan Ganja
Probabilitas pemuda kulit hitam yang menggunakan ganja misalnya, adalah 3,9 poin lebih rendah di negara-negara dengan hukum ganja medis daripada di negara-negara lain. Sementara itu 2,7 poin lebih rendah berlaku di kalangan pemuda Hispanik.
Analis menemukan bahwa penggunaan ganja oleh remaja juga menurun lebih banyak setiap tahunnya karena negara telah mengundangkan peraturan penggunaan mariyuana untuk medis.
Undang-undang ganja untuk rekreasi tampaknya tidak memengaruhi apakah remaja menggunakan mariyuana, kecuali sedikit penurunan penggunaan oleh remaja berusia 14 tahun dan pemuda Hispanik.
Baca Juga: Ini Dampak Positif Jika Ganja Dilegalkan
Source | : | VOA Indonesia |
Penulis | : | sliptalk |
Editor | : | Bayu Dwi Mardana Kusuma |
KOMENTAR