Baik undang-undang ganja untuk rekreasi maupun ganja medis, tampaknya tidak memengaruhi apakah remaja menjadi pengguna berat ganja.
Peningkatan pajak bir dan rokok oleh negara juga tampaknya tidak berdampak apakah remaja menggunakan ganja. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ketika satu jenis zat menjadi lebih mahal, remaja beralih ke alternatif.
Ada kemungkinan bahwa beberapa remaja menganggap ganja lebih berbahaya ketika negara-negara mengeluarkan undang-undang ganja medis karena mereka mulai menganggapnya seperti obat resep dengan potensi efek samping potensial, catat para peneliti.
Salah satu batasan dari penelitian ini adalah bahwa itu bergantung pada survei yang dilakukan di sekolah menengah atas, terlepas dari remaja yang putus sekolah dan juga berisiko lebih tinggi untuk menggunakan narkoba.
Para peneliti juga tidak melihat hasil kesehatan dari penggunaan ganja pada remaja.
Studi lain telah menghubungkan ganja dengan berbagai masalah perilaku dan emosional pada remaja. Beberapa penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa efek penggunaan ganja mungkin lebih jelas pada remaja daripada orang dewasa karena saat remaja merupakan periode perkembangan otak yang cepat.
“Penggunaan ganja dapat mengganggu korteks frontal, wilayah otak yang menangani fungsi eksekutif dan tidak sepenuhnya berkembang pada masa remaja, serta sistem limbik otak yang menangani kontrol impuls,” kata Dr. Ellen Rome, kepala pusat pengobatan remaja di Rumah Sakit Anak Klinik Cleveland di Ohio.
Hasilnya dapat berupa hilangnya memori, gangguan koordinasi motorik dan penilaian yang kabur atau terganggu, kata Rome yang tak terlibat dalam penelitian ini melalui email.
“Remaja mungkin berpikir mereka baik-baik saja tetapi sering tidak mengingat sesuatu dalam tes atau tidak menyadari bahwa mereka mengalami penundaan reaksi ketika mengemudi atau melakukan hal-hal yang berbau fisik,” kata Rome.
“Pengguna berat atau berkepanjangan dapat menyebabkan tingkat kecemasan yang lebih tinggi, mengalami muntah siklik, prestasi pendidikan yang menurun, dan sikap apatis atau melepaskan diri dari semua kegiatan yang tidak mendukung penggunaan,” tambah Rome.
“Dengan kata lain, anak-anak dapat menggunakan ganja untuk mengatasi stres atau kecemasan, tetapi strategi ini menjadi bumerang seiring berjalannya waktu.” (er/ft/VOA Indonesia)
Source | : | VOA Indonesia |
Penulis | : | sliptalk |
Editor | : | Bayu Dwi Mardana Kusuma |
KOMENTAR