Nationalgeographic.co.id - Dunia mesti berubah. Daya dukung lingkungan makin melemah. Lihatlah laporan terberu para peneliti ini: Sungai-sungai di dunia telah tercemar oleh antibiotik.
Tentu,laporan itu amatlah mengkhawatirkan sebab, sungai-sungai di dunia tercemar oleh antibiotik yang melebihi ambang batas keamanan lingkungan hidup sebanyak 300 kali. Hal itu terungkap dari sebuah penelitian yang dirilis dalam sebuah konferensi, Senin (27/5).
Dilaporkan oleh kantor berita AFP, para ilmuwan menemukan satu atau lebih antibiotik umum pada dua pertiga dari 711 sampel yang diambil dari sungai-sungai di 72 negara, kata para ilmuwan dalam pertemuan toksikologi lingkungan di Helsinki.
Baca Juga: Video: Sampah Plastik Membanjiri Sungai di Rumania
Pada puluhan lokasi, konsentrasi antibiotik – yang digunakan untuk memerangi infeksi bakteri pada manusia dan ternak – melebihi batas aman yang diterapkan oleh AMR Industry Alliance, sebuah kelompok yang beranggotakan lebih dari 100 perusahaan bioteknologi dan farmasi.
Ciprofloxacin, jenis antibiotik utama yang digunakan untuk mengobati infeksi saluran kencing dan pencernaan, kandungan di sungai melebihi batas industri ditemukan pada 51 lokasi yang diuji.
Salah satu lokasi di Bangladesh, kandungan metronidazole, jenis antibiotik lainnya yang umum digunakan, juga 300 kali dari ambang batas, kata para peneliti.
“Hasilnya cukup membuka mata dan mengkhawatirkan. Juga menunjukkan kontaminasi sungai secara luas di seluruh dunia dengan senyawa antibiotik,” kata Alistair Boxall, seorang ilmuwan dari Institute Lingkungan Berkelanjutan York, dalam pernyataannya.
Baca Juga: Buang Sampah ke Sungai Merupakan Warisan Zaman VOC, Benarkah?
Keberadaan antibiotik yang meluas tidak hanya mempengaruhi margasatwa, tetapi juga menyumbang masalah resistensi antimikroba.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) sudah memperingatkan bahwa dunia sudah kehabisan antibiotik yang masih bisa bekerja melawan bakteri. WHO juga sudah meminta industri dan pemerintah untuk segera mengembangkan generasi baru antibiotik.
Ditemukan pada 1920, antibiotik sudah menyelamatkan nyawa puluhan juta manusia dari pneumonia, tuberkulosis, meningitis dan infeksi bakteri mematikan lainnya.
Penggunaan berlebihan dan penyalahgunaan antibiotik disinyalir penyebab utama resistensi antimikroba. (VOA Indonesia/ft)
Source | : | VOA Indonesia |
Penulis | : | India Today |
Editor | : | Bayu Dwi Mardana Kusuma |
KOMENTAR