Untuk membuktikan bagaimana hormon stres memengaruhi sistem kekebalan tubuh dan otak paus, para ilmuwan melibatkan lima faktor: pengurungan fisik, kurangnya kontrol, gangguan sensorik, stres sosial, serta kebosanan. Kelimanya sangat berkaitan dan kerap menimbulkan stres pada paus.
"Perilaku abnormal yang diamati pada paus orca di penangkaran tidak ditemukan pada hewan yang mampu menjelajah dengan bebas di lingkungan aslinya. Sebagian besar paus yang tinggal di 'tahanan' sering memarut giginya pada benda keras hingga giginya aus. Perilaku ini tidak ditemukan pada paus liar," ungkap Marino.
Baca Juga: Enam Fakta Menarik dari Semut yang Perlu Anda Ketahui, Apa Sajakah?
Ia menambahkan, orca di alam bebas juga tidak menunjukkan perilaku berulang (seperti berputar-putar) yang kerap dilihat pada hewan akuarium.
Bahkan dengan pemberian makan secara rutin dan perawatan sepanjang waktu, Marino mengatakan, analisisnya menunjukkan bahwa menempatkan orca di dalam tangki bukanlah hal yang benar.
"Ketika orca mati di taman laut dan akuarium, respons pemilik fasilitas selalu terkejut. Mereka menyangkal bahwa itu berkaitan dengan kehidupan di penangkaran. Padahal, kita seharusnya tidak kaget karena hal tersebut bukanlah misteri," tambah Marino.
Tim mencatat bahwa temuan mereka menyerukan 'perubahan radikal' tentang bagaimana cetacean diperlakukan untuk memastikan kebutuhan kompleks mereka dapat terpenuhi.
Source | : | IFL Science |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR