Nationalgeographic.co.id - Presiden Jokowi mengunjungi Kantor Pusat PT PLN Persero, Jakarta, Senin (5/8/2019) pagi guna mempertanyakan sebab insiden padamnya listrik disejumlah titik di Pulau Jawa.
Kunjungan kali itu Presiden ditemani Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri ESDM Ignasius Jonan, dan Kepala BSSN Hinsa Siburian.
Pertemuan itu bersifat terbuka karena teman-teman media bisa mendapat akses liputan langsung.
"Pagi hari ini saya datang langsung ke PLN. Yang pertama saya ingin mendengar langsung penyebab peristiwa pemadaman total minggu kemarin." Ucap Jokowi di kalimat pembukanya.
Baca Juga: Listrik Padam, Layanan Kereta Api Dilakukan Manual dari Boarding hingga Penjagaan Palang Pintu
”Dalam manajemen besar seperti PLN ini, menurut saya, mestinya ada tata kelola risiko-risiko yang dihadapi. Dengan manajemen besar tentu ada contingency plan, back up plan. Pertanyaan saya, kenapa itu tidak bekerja dengan cepat dan dengan baik?" Tutur presiden dengan muka serius.
Dalam ruangan pertemuan itu terdapat beberapa pejabat PLN dan salah satu diantaranya Direktur Utama PT PLN Persero Sripeni Inten Cahyani.
Presiden menyinggung kejadian insiden pemadaman yang pernah terjadi 2002 silam, beliau juga sangat menyayangkan mengapa PLN tidak belajar dari kejadian tersebut sehingga tidak mempersiapkan langkah antisipatif.
"Pagi hari ini saya ingin mendengar langsung penyebabnya. Tolong disampaikan yang simpel-simpel saja. Kemudian kalo memang ada hal-hal yang kurang, blak-blakan saja. Sehingga bisa diselesaikan masalahnya dan tidak terjadi lagi untuk masa-masa yang akan datang." Tambah presiden.
Baca Juga: Pantas Saja Pak Jokowi Sering Minum Jamu, Ini Loh Khasiatnya
Kedatangan Presiden Jokowi ke PLN berlangsung sangat singkat, Kompas.com mencatat hanya 15-20 menit rombongan presiden langsung meninggalkan kantor pusat PLN.
Pasalnya, Presiden Jokowi marah setelah mendengar penjelasan Plt Dirut PLN yang panjang lebar dan sulit dipahami.
”Penjelasannya panjang sekali. Pertanyaan saya, Bapak/Ibu semuanya, kan, orang-orang pinter, apalagi urusan listrik dan sudah bertahun-tahun. Apakah tidak dihitung, apakah tidak dikalkukasi kalau akan ada kejadian-kejadian sehingga kita tahu sebelumnya. Kok, tahu-tahu drop begitu. Artinya, pekerjaan-pekerjaan yang ada tidak dihitung tidak dikalkulasi. Dan itu betul-betul merugikan kita semuanya,” tutur Presiden lagi.
Mendengar respons dari presiden, Plt Dirut PLN langsung menunduk lesu dan tampak merasa bersalah besar.
Pernyataan presiden mengenai "orang-orang pinter" sangat menarik untuk ditelisik. Karena nampaknya presiden menyembunyikan emosi dibalik tutur katanya yang halus dan kalem.
Dalam istilah bahasa Indonesia, kata-kata semacam ini sering disebut sebagai satire atau gaya bahasa yang digunakan untuk menyatakan sindiran terhadap suatu keadaan atau seseorang.
Baca Juga: Listrik Padam di Berbagai Wilayah di Pulau Jawa, Ini Penjelasan PLN
Untuk memahami lebih jelas, Kompas.com menghubungi Ahli Bahasa dan Sastra Jawa dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Prof Sahid Teguh Widodo.
Prof Sahid mengungkapkan, tindakan Jokowi ini mencerminkan budaya orang Jawa.
Cara seperti ini jelas menyembunyikan maksud yang sesungguhnya tanpa bermaksud menafikan kesopanan, tapi jelas lebih menampar.
Sebab kejadian seperti ini tidak untuk pertama kalinya terjadi, seharusnya orang-orang pinter PLN bisa mempelajari penyebab dan menyiapkan antisipasi dini dengan cepat jika insiden pemadaman listrik terulang lagi.
Hal ini yang disesalkan oleh presiden sehingga presiden menyindir dengan menyebut "orang-orang pinter".
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Mahmud Zulfikar |
Editor | : | Bayu Dwi Mardana Kusuma |
KOMENTAR