Uniknya, sarang rangkong bukanlah sarang buatan Rangkong, melainkan harus sarang alami. Rangkong hanya bisa beranak pada lubang pohon yang tinggingya 50 meter atau lebih tinggi.
Baca Juga: Lebih Dari 11 Ribu Burung Alami Kematian Massal dan Jatuh dari Langit
Pohon yang memiliki sarang yang layak bagi rangkong hanya didapati di pohon hutan hujan purba yang memiliki diameter di atas satu meter.
Lubang pohon itu memiliki ciri khas bongol di depannya. Dan sarang alami yang dibutuhkan rangkong sangat jarang ditemui, apalagi ketika pembalakan hutan liar terjadi.
Artinya, rangkong gading sangat membutuhkan hutan, seperti hutan itu membutuhkan burung ini.
Kemudian ketika masa bertelur datang, rangkong gading betina akan mengurung diri di sarang bulunya akan merontok untuk dijadikan alas dan menjaga kehangatan telur.
Kondisi inilah yang membuat rangkong gading betina tidak bisa keluar sarang sampai anaknya bisa terbang 150 hari kemudian.
Sang Jantan lah yang bertugas mencari makan untuk anak dan betinanya di sarang.
Baca Juga: Setiap Tahun, Burung Ini Kembali Kepada Orang yang Menyelamatkannya
Maka, bisa dikatakan jika satu ekor jantang rangkong gading terbunuh, itu sama dengan membunuh satu keluarga rangkong gading di alam.
Oleh karena itu, Ir Bambang Dahono Adji, MM, Msi selaku Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati meminta masyarakat untuk turut menjaga dan mengawasi kelangsungan burung rangkong.
Salah satu caranya adalah tidak melakukan atau membantu perburuan liar burung purba ini.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Mahmud Zulfikar |
Editor | : | Bayu Dwi Mardana Kusuma |
KOMENTAR