Nationalgeographic.co.id - Burung cenderawasih atau Paradisaeidae dari ordo Passeriformes, merupakan burung yang dapat ditemukan di Indonesia bagian Timur Papua, Papua New Guinea, pulau-pulau selat Torres, dan Australia timur.
Selama ini burung cenderawasih yang dikenal masyarakat hanya satu nama saja. Namun tahukah Anda, bahwa ada 42 jenis burung cendrawasih. Sebanyak 30 di antaranya dapat ditemui di Indonesia.
Dari paparan yang didapatkan dalam acara "Mari Cerita Papua" dari Econusa, berikut tujuh jenis burung cenderawasih endemik Indonesia yang khas serta unik.
Baca Juga: Spesies Paling Kuno dan Pintar Beradaptasi, Ini Fakta Unik Tentang Kecoak
1. Cenderawasih Gagak (Lycocorax pyrrhopterus)
Burung cenderawasih jenis ini mirip gagak berukuran sedang dengan panjang sekitar 34 cm. Bulunya gelap, lembut seperti sutera, dan paruhnya hitam. Warna matanya merah karmin, serta memiliki suara panggilan yang mengingatkan pada gonggongan anjing.
Burung jantan dan betinanya mirip, hanya saja betina sedikit lebih besar daripada burung jantan. Cenderawasih jenis ini bersifat monogami dan endemik di hutan dataran rendah di kepulauan Maluku di Indonesia, makanan utamanya terdiri dari buah-buahan dan serangga.
2. Cenderawasih Bidadari Halmahera (Semioptera wallacei)
Cenderawasih ini jenis berukuran sedang, sekitar 28 cm, berwarna cokelat-zaitun, merupakan satu-satunya anggota genus Semioptera. Burung jantan bermahkota warna ungu dan ungu-pucat mengkilat dan warna pelindung dadanya hijau zamrud.
Ciri yang paling mencolok adalah dua pasang bulu putih yang panjang, yang keluar menekuk dari sayapnya. Bulu itu dapat ditegakkan atau diturunkan sesuai keinginan burung ini. Burung betinanya yang kurang menarik berwarna cokelat zaitun dan berukuran lebih kecil, serta punya ekor lebih panjang dibandingkan burung jantan.
Burung jantan bersifat poligami, khasnya Cenderawasih Bidadari Halmahera jantan berkumpul dan menampilkan tarian udara yang indah. Burung ini meluncur dengan sayapnya dan mengembangkan bulu pelindung dadanya yang berwarna hijau mencolok, sementara bulu putih panjangnya di punggungnya dikibar-kibarkan.
Burung Bidadari halmahera ini adalah burung endemik kepulauan Maluku atau Pulau Halmahera, jenis burung cenderawasih sejati yang tersebar paling barat, makanannya terdiri dari serangga, artropoda, dan buah-buahan.
Menurut Ady Kristanto, Pengamat Burung dan Fotografi Alam, George Robert Gray dari Museum Inggris menamai cenderawasih jenis ini Bidadari Halmahera. Nama tersebut untuk menghormati Alfred Russel Wallace, seorang naturalis Inggris dan pengarang buku The Malay Archipelago, orang Eropa pertama yang menemukan burung ini pada tahun 1858.
3. Cenderawasih Paradigalla Ekor-Panjang (Paradigalla carunculata)
Cenderawasih jenis ini merupakan salah satu burung cendrawasih besar dengan panjang sekitar 37 cm, berwarna hitam, dengan ekor panjang dan runcing. Salah satu anggota paling sederhana dalam keluarga Paradisaeidae, satu-satunya perhiasannya adalah rona wajah berwarna-warni kuning, merah dan biru langit di dekat pangkal paruh.
Jantan dan betina memiliki penampilan yang serupa, namun betina sedikit kusam dan lebih kecil. Endemik jenis ini dapat ditemukan di Pegunungan Arfak, Semenanjung Doberai, Papua Barat.
4. Cendrawasih Astrapia Arfak (Astrapia nigra)
Nama ini berasal dari dua bahasa, yaitu bahasa yunani dan bahasa Latin, Astrapia dalam bahasa Yunani berarti penerangan dan nigra dalam bahasa latin berarti hitam.
Burung endemik ini terdapat di wilayah Papua Barat, Indonesia, di Pegunungan Arfak, Papua pada ketinggian antara 1700 – 2250 m, terutama di daerah Tamarau.
Burung ini termasuk jenis aves yang langka dan dilindungi karena jumlahnya yang terbatas dan hanya dapat ditemui di beberapa tempat, seperti Indonesia Timur.
5. Cenderawasih Parotia Arfak (Parotia sefilata)
Burung cendrawasih jenis ini bersifat dimorfik, jantan dan betina berbeda warna bulunya. Jantan memiliki bulu hitam dengan warna-warni berwarna struktural perisai dan emas-hijau dan segitiga bulu perak di mahkota. Tubuhnya dihiasi dengan bulu hitam memanjang di sisi dada dan tiga kabel panjang di belakang setiap mata.
Burung betina tidak memiliki hiasan dan memiliki bulu berwarna coklat, menjelang kawin, jantan akan melakukan tarian seperti balerina dengan bulu hitam memanjang menyebar di sekitar rok, tepat di bawah pelindung dada berwarna-warni.
Selama tarian yang spektakuler, ia menggelengkan kepala dan lehernya dengan cepat untuk menunjukkan kecemerlangan perhiasan perak berbentuk segitiga terbalik miliknya untuk memikat betina. Parotia Arfak ini hanya ditemukan di hutan pegunungan Vogelkop dan Semenanjung Wandammen di Papua Barat.
6. Cendrawasih Botak (Cicinnurus respublica)
Jenis burung cendrawasih berukuran kecil, dengan panjang sekitar 21 cm, dari marga Cicinnurus. Burung jantan dewasa memiliki bulu berwarna merah dan hitam dengan tengkuk berwarna kuning, mulut hijau terang, kaki berwarna biru dan dua bulu ekor ungu melingkar. Kulit kepalanya berwarna biru muda terang dengan pola salib ganda hitam. Burung betina berwarna coklat dengan kulit kepala biru muda.
Endemik Indonesia ini hanya ditemukan di hutan dataran rendah pada pulau Waigeo dan Batanta di kabupaten Raja Ampat, provinsi Papua Barat. Penamaan ilmiah spesies ini diberikan oleh keponakan Kaisar Napoleon Bonaparte yang bernama Charles Lucien Bonaparte dan sempat menimbulkan kontroversi.
Bonaparte, seorang pengikut aliran republik, mendeskripsikan burung Cendrawasih Botak dari spesimen yang dibeli oleh seorang ahli biologi Inggris bernama Edward Wilson beberapa bulan sebelum John Cassin. Penamaan burung ini untuk menghormati Edward Wilson atau dalam bahasa Inggris disebut Wilson Bird of Paradise.
7. Cendrawasih Merah (Paradisaea rubra)
Burung Cenderawasih berukuran sedang dengan panjang sekitar 33 cm, dari marga Paradisaea. Burung ini berwarna kuning dan coklat, dan berparuh kuning, jantan dewasa berukuran sekitar 72 cm yang termasuk bulu-bulu hiasan berwarna merah darah dengan ujung berwarna putih pada bagian sisi perutnya. Bulu muka berwarna hijau zamrud gelap dan di ekornya terdapat dua buah tali yang panjang berbentuk pilin ganda berwarna hitam. Sedangkan burung betina berukuran lebih kecil dari burung jantan, dengan muka berwarna coklat tua dan tidak punya bulu-bulu hiasan.
Baca Juga: Kadar CO2 Semakin Tinggi, Tumbuhan di Sabana Afrika Terancam Punah
Cenderawasih merah hanya ditemukan di hutan dataran rendah pada pulau Waigeo dan Batanta di kabupaten Raja Ampat, provinsi Papua Barat.
Cenderawasih merah bersifat poligami, di mana burung jantan memikat pasangan dengan ritual tarian yang memamerkan bulu-bulu hiasannya. Setelah kopulasi, burung jantan meninggalkan betina dan mulai mencari pasangan yang lain, sedangkan Burung betina menetaskan dan mengasuh anak burung sendiri.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Khas dan Unik, 7 Jenis Burung Cendrawasih Endemik Indonesia". Penulis: Ellyvon Pranita.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR