Menurut Ady Kristanto, Pengamat Burung dan Fotografi Alam, George Robert Gray dari Museum Inggris menamai cenderawasih jenis ini Bidadari Halmahera. Nama tersebut untuk menghormati Alfred Russel Wallace, seorang naturalis Inggris dan pengarang buku The Malay Archipelago, orang Eropa pertama yang menemukan burung ini pada tahun 1858.
3. Cenderawasih Paradigalla Ekor-Panjang (Paradigalla carunculata)
Cenderawasih jenis ini merupakan salah satu burung cendrawasih besar dengan panjang sekitar 37 cm, berwarna hitam, dengan ekor panjang dan runcing. Salah satu anggota paling sederhana dalam keluarga Paradisaeidae, satu-satunya perhiasannya adalah rona wajah berwarna-warni kuning, merah dan biru langit di dekat pangkal paruh.
Jantan dan betina memiliki penampilan yang serupa, namun betina sedikit kusam dan lebih kecil. Endemik jenis ini dapat ditemukan di Pegunungan Arfak, Semenanjung Doberai, Papua Barat.
4. Cendrawasih Astrapia Arfak (Astrapia nigra)
Nama ini berasal dari dua bahasa, yaitu bahasa yunani dan bahasa Latin, Astrapia dalam bahasa Yunani berarti penerangan dan nigra dalam bahasa latin berarti hitam.
Burung endemik ini terdapat di wilayah Papua Barat, Indonesia, di Pegunungan Arfak, Papua pada ketinggian antara 1700 – 2250 m, terutama di daerah Tamarau.
Burung ini termasuk jenis aves yang langka dan dilindungi karena jumlahnya yang terbatas dan hanya dapat ditemui di beberapa tempat, seperti Indonesia Timur.
5. Cenderawasih Parotia Arfak (Parotia sefilata)
Burung cendrawasih jenis ini bersifat dimorfik, jantan dan betina berbeda warna bulunya. Jantan memiliki bulu hitam dengan warna-warni berwarna struktural perisai dan emas-hijau dan segitiga bulu perak di mahkota. Tubuhnya dihiasi dengan bulu hitam memanjang di sisi dada dan tiga kabel panjang di belakang setiap mata.
Burung betina tidak memiliki hiasan dan memiliki bulu berwarna coklat, menjelang kawin, jantan akan melakukan tarian seperti balerina dengan bulu hitam memanjang menyebar di sekitar rok, tepat di bawah pelindung dada berwarna-warni.
Selama tarian yang spektakuler, ia menggelengkan kepala dan lehernya dengan cepat untuk menunjukkan kecemerlangan perhiasan perak berbentuk segitiga terbalik miliknya untuk memikat betina. Parotia Arfak ini hanya ditemukan di hutan pegunungan Vogelkop dan Semenanjung Wandammen di Papua Barat.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR