Setiap angka terbitan dari Global Slavery Index dan ILO mencerminkan perubahan dalam metode mereka. Walau perubahan ini sering mencerminkan penggunaan metodologi yang lebih baik, perubahan ini mengundang kritikan.
Melalui kemitraan baru, semakin banyak lembaga nirlaba dan negara mulai bertemu dan berbagi data mereka. Walk Free, ILO dan puluhan perwakilan negara dan non-negara bertemu pada 2016 untun membentuk Alliance 8.7. Pada 207, koalisi ini secara bersama-sama memperkirakan ada sekitar 40 juta orang yang diperbudak di seluruh dunia.
Namun, sarjana dari luar koalisi tidak memiliki akses pada data mentah mereka. Ini menyulitkan analisis kritis terhadap metodologinya.
Alliance 8.7 juga melakukan konferensi pada Oktober tahun ini yang menetapkan panduan lebih jelas untuk mengukur kejadian perbudakan.
Sebelum ini, peneliti tidak selalu setuju kapan sebuah momen perbudakan dapat dihitung. Misalnya, seorang peneliti dapat mewawancara responden terhadap pengalaman mereka terdahulu terkait kerja paksa. Selama wawancara, seorang responden bisa mengatakan mereka menjadi korban kerja paksa pada 1997. Apakah ini bisa dihitung saat survei dilakukan atau tidak karena sudah lama berlalu?
Para sarjana juga semakin terlibat dan menerapkan teknik perkiraan baru yang hemat biaya. Ada juga sumber data baru – seperti Gallup World Poll yang kini mencakup pertanyaan tentang perbudakan modern dalam survei mereka di negara berkembang. Survei ini didasarkan pada survei sampel acak – termasuk metode pengumpulan data yang terbaik.
Baca Juga: Ini Tiga Waktu Kehidupan di Mana Manusia Merasa Sangat Kesepian
Perkiraan yang valid tentang perbudakan dan perdagangan orang tetap menjadi tujuan utama dalam penelitian perbudakan modern. Publik bisa jadi tidak akan pernah tahu berapa jumlah orang yang diperbudak saat ini, karena perbudakan modern adalah kejahatannya yang disembunyikan.
Tapi perkiraan yang lebih tepat dapat memberi penjelasan yang lebih terang tentang siap yang diperbudak dan di mana. Jika publik tidak tahu siapa hari ini diperbudak dan ada di mana mereka, kehadiran mereka akan tetap tak terlihat.
Penulis: Monti Datta, Associate Professor of Political Science, University of Richmond
Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.
Source | : | The Conversation Indonesia |
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR