Nationalgeographic.co.id - Jika tidak bertindak sekarang, gajah Afrika akan mengalami nasib yang sama seperti mamut, dalam beberapa dekade mendatang.
World Wide Fund for Nature (WWF) menyatakan bahwa gajah Afrika bisa punah pada 2040 jika tidak ada langkah penting yang diambil.
Diketahui bahwa populasi gajah Afrika telah mengalami penurunan hingga 70% sejak 1980-an, terutama karena perburuan liar dan perdagangan ilegal.
Baca Juga: Apa Perbedaan Salju dan Hujan Es? Ini Penjelasannya
Meskipun perburuan gajah Afrika sudah mulai berkurang akhir-akhir ini, tapi permintaan terhadap gading gajah tetap tinggi sehingga mengancam kehidupan mereka. Hingga hari ini, sekitar 20 ribu gajah dibunuh per tahunnya demi diambil daging dan gadingnya.
"Para pemburu biasanya menggunakan senapan Kalashnikov atau panah beracun. Senjata-senjata tersebut melukai gajah, tapi tidak membunuhnya secara langsung," papar Pauwel De Wachter, Koordinator WWF untuk Afrika Barat.
"Ketika gajah terjatuh ke tanah, para pemburu akan memotong tendonnya untuk melumpuhkannya. Ini dilakukan agar darah mereka cepat habis sehingga lebih mudah memotong gading gajah," imbuhnya.
Hlangnya gajah Afrika bisa memberikan efek mematikan pada ekosistem lain. Sebagai contoh, gajah merupakan 'mesin pupuk' raksasa yang dapat mendistribusikan nutrisi dalam jumlah besar. Bahkan jejak kaki mereka berperan dalam menciptakan lanskap dan menyediakan rumah bagi banyak spesies, dari capung hingga kecebong.
Baca Juga: Sempat Menghilang Selama 30 Tahun, Kancil Langka Ini Ditemukan Kembali di Vietnam
Secara global, perubahan besar sedang dibuat untuk melemahkan perdagangan gading. Beberapa negara telah memperkenalkan larangan baru yang menolak perdagangan gading dalam beberapa tahun terakhir. juga mendukung kampanye yang memerangi perburuan liar.
Bagaimana pun juga, perjuangan ini masih jauh dari kemenangan. IUCN Red List menyatakan bahwa total populasi gajah Afrika masih terancam kepunahan.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Source | : | IFL Science |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR