Nationalgeographic.co.id – Jumlah korban meninggal akibat virus corona di Tiongkok, mencapai 360 orang pada Senin (3/1/2020). Angka ini melampaui jumlah kematian akibat krisis SARS, hampir dua dekade lalu.
Ada 57 korban meninggal yang baru dikonfirmasi—merupakan peningkatan terbesar sejak virus corona terdeteksi akhir tahun lalu di pusat kota Wuhan.
Penyakit ini diduga berasal dari hewan di pasar di Wuhan. Dan kini, virus corona diketahui sudah tersebar ke lebih dari 24 negara—meski pemerintah dunia telah melarang perjalanan dari dan ke Tiongkok.
Jumlah infeksi corona di Tiongkok juga meningkat secara signifikan, melewati angka 17.200.
World Health Organization (WHO) bahkan telah menyatakan krisis ini sebagai darurat kesehatan global.
Baca Juga: Manfaat Yoga Bagi Kesehatan Fisik dan Mental
Di Wuhan, pusat industri yang dulunya ramai ini sekarang menjadi kota nyaris mati. Para penduduknya hidup dalam ketakutan mendalam akan virus corona.
Fasilitas kesehatan di wilayah tersebut pun kewalahan menangani pasien. Agensi berita Xinhua melaporkan, 68 tim medis dari 8.300 staf dari seluruh Tiongkok telah dikirim ke Hubei, Wuhan, untuk “membantu mengendalikan virus corona”.
Di tengah tekanan yang meningkat, pemerintah berlomba membangun dua rumah sakit baru dalam waktu yang luar biasa cepat. Namun, bagaimana pun juga, dengan angka kematian yang melonjak di Wuhan dan daerah lain di Hubei, tidak jelas apakah rumah sakit baru ini dapat menekan angka penyebaran virus di tempat lain.
Baca Juga: TBC Jadi Fokus di Kabupaten Garut, Penyebaran dipicu Oleh Rumah Tak Layak Huni
Negara-negara G7—Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat—sudah mengonfirmasi adanya virus tersebut di negara mereka. Selanjutnya, ketujuh negara ini akan menmbahas tanggapan bersama untuk hadapi wabah corona.
Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru dan Israel, telah melarang turis yang baru saja mengunjungi Tiongkok untuk masuk ke negara mereka. Negara-negara ini juga melarang warga negaranya bepergian ke Tiongkok.
Mongolia, Rusia, dan Nepal, bahkan telah menutup perbatasan mereka.
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Source | : | AFP |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR