Nationalgeographic.co.id - Proyek revitalisasi Monumen Nasional (Monas) yang dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, sedang ramai diperbincangkan. Pasalnya, rencana ini sempat mendapat penolakan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) hingga pemerintah pusat.
Dilansir dari Kompas.com, penolakan dari pihak Istana Negara bermula pada 27 Januari karena proyek revitalisasi dianggap belum mendapat izin dari Komisi Pengarah Pembangunan Kawasan Medan Merdeka. Pihak Istana Negara, melalui Menteri Sekretariat Negara Pratikno pun meminta agar Pemprov DKI Jakarta memberhentikan proses revitalisasi Monas untuk sementara waktu.
Setelah dihentikan selama beberapa hari, proyek kembali dilanjutkan setelah Pemprov mendapat surat rekomendasi dari Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg) pada Jumat (7/2).
Baca Juga: Rekaman Drone Ini Tunjukkan Suasana Wuhan yang Seperti Kota Mati
Selain masalah perizinan, revitalisasi Monas juga mendapat kritik terkait penebangan pohon yang sebelumnya menghiasai taman bagian selatan tugu Monas. Bahkan, hal ini sempat disayangkan oleh arsitek pemenang sayembara desain kawasan Monas, Deddy Wahjudi. Kepada Kompas.com, ia mengatakan revitalisasi sisi selatan Monas tidak harus menebang sejumlah pohon yang tumbuh di sana.
Dalam desain asli yang dibuatnya, plaza di sisi selatan Monas harusnya dibangun di area perkerasan, bukan area yang ditumbuhi pepohonan. Namun, pada saat revitalisasi dilaksanakan, plaza itu dibangun lebih lebar di setiap sisinya sehingga mengorbankan pohon-pohon yang tumbuh di sekitar area perkerasan itu.
Melihat banyaknya kritik, Sekretaris Daerah DKI Jakarta, Saefullah, mengatakan, sebanyak 191 pohon yang ditebang di selatan Monas akan diganti tiga kali lipat. Dengan kata lain, untuk setiap satu pohon yang ditebang, Pemprov akan menanam kembali tiga pohon.
Menurut Saefullah, mekanisme penggantian pohon yang ditebang itu sudah diatur dalam Surat Keputusan Kepala Dinas Pertamanan DKI Jakarta Nomor 9 Tahun 2002.
Dalam rancangan revitalisasi Monas, rencananya Pemprov DKI Jakarta akan membangun lapangan plaza di wilayah selatan, timur, dan barat. Selain itu, akan dibuat sebuah kolam yang menampilkan refleksi monumen setinggi 132 meter tersebut. Lalu, ada pula jalur pejalan kaki yang menghubungkan kawasan Monas dengan Masjid Istiqlal dan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat. Deddy mengatakan, desain yang ia buat ingin agar masyarakat bisa lebih dekat dengan ikon Ibu Kota tersebut.
Selain itu, Deddy menyebutkan Monas nantinya tak memiliki banyak penerangan agar bisa mereduksi kebisingan. Menurut dia, jika terlalu banyak benda atau elemen akan menyebabkan bising. Untuk itu, lampu penerangan hanya dipasang di bagian lantai bukan dengan menggunakan tiang.
Baca Juga: Jika Perang Nuklir Terjadi, Ini yang Bisa Dilakukan untuk Bertahan Hidup
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, setelah mendapat lampu hijau dari pemerintah pusat, revitalisasi Monas kembali dilanjutkan. Mereka memulai kembali pengerjaannya pada 7 Februari lalu. Dilansir dari Kompas.com, saat itu Kepala Dinas Cipta Karya, Pertanahan, dan Tata Ruang DKI, Heru Hermanto, menyatakan bahwa kemajuan pembangunannya telah mencapai 77 persen.
"Kami optimis pembangunan plaza di sisi selatan Monas bakal rampung sebelum akhir bulan ini," pungkasnya.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR