Nationalgeographic.coid - Snapping shrimp dinobatkan sebagai hewan laut dengan suara paling keras--bahkan melebihi suara tembakan. Sebenarnya, secara individu, dengan intensitas 210 desibel, suaranya masih lebih rendah dibanding paus sperma yang memiliki 230 desibel. Namun, jika dilihat secara kolektif, kumpulan udang ini menciptakan suara paling keras di lautan.
Sebuah studi yang dipresentasikan pada Ocean Sciences Meeting 2020 di San Diego mengungkapkan bahwa belakangan ini udang tersebut bersuara semakin keras. Penyebabnya, masalah dalam ekosistem laut.
Baca Juga: Habitat Terumbu Karang Akan Punah Pada 2100 Akibat Perubahan Iklim
Dilansir dari IFL Science, ahli biologi kelautan Aran Mooney dan Ashlee Lillis dari Woods Hole Oceanographic Institution, menguji efek perubahan suhu udang pada sebuah tangki di lab mereka.
Hasilnya menunjukkan bahwa ketika suhu memanas, frekuensi dan volume suara snapping shrimp pun meningkat. Diketahui bahwa suhu tubuh dan aktivitas udang tersebut, sebagian besar dipengaruhi oleh lingkungan mereka, sehingga air yang lebih hangat meningkatkan aktivitas mereka.
Aran berkata, laut akan menjadi semakin berisik, jika suhunya meningkat.
Suara udang yang keras ini juga berpotensi menimbulkan bahaya bagi ekosistem laut. Sebab, banyak hewan laut menggunakan suara untuk berkomunikasi. Jika suaranya semakin keras, kemungkinan itu memengaruhi peluang hewan laut untuk mempertahankan wilayah mereka dan berburu makanan.
Tidak hanya merugikan hewan laut, fenomena ini juga berdampak pada kegiatan manusia. Suara udang yang keras mengganggu sonar kapal yang digunakan nelayan untuk mencari tangkapan laut. Juga berpotensi memblokir instrumen yang digunakan oleh Angkatan Laut untuk mendeteksi ranjau, yang merupakan ancaman bagi pertahanan militer.
Baca Juga: Langka, Dari Mana Pari Manta Ini Mendapatkan Warna Merah Jambunya?
Sebagai bagian dari keluarga Alpheidae, snapping shrimp terkenal dengan cakarnya yang asimetris. Mereka hidup dan berkeliaran secara berkelompok dengan lebih dari 300 anggota.
Suara yang mereka buat secara kolektif sangat keras sehingga dapat memblokir sonar kapal selam. Suara ini dihasilkan dari kecepatan mereka menjentikkan cakar mereka, terhitung sekitar 100 km/jam.
Dengan kecepatan tersebut, mereka menciptakan ruang hampa udara yang mengeluarkan gelembung panas bersuhu 4.400°C--hampir sama dengan panas permukaan matahari. Gelembung tersebut menghasilkan sonoluminesensi, kombinasi cahaya dan suara.
Source | : | IFL Science |
Penulis | : | Aditya Driantama H |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR