Gelap seharusnya wajar terjadi saat malam hari. Cahaya buatan hanya digunakan untuk kebutuhan tertentu, dan dinyalakan hanya pada rentang waktu tertentu.
Artinya, tidak masalah bila menyalakan lampu beranda untuk mencari kunci, tapi lampu ini tidak perlu menyala sepanjang malam.
Pencahayaan dalam ruangan juga bisa berkontribusi terhadap polusi cahaya, sehingga mematikan lampu di gedung-gedung yang kosong di malam hari, atau di rumah sebelum tidur, juga sangat penting.
Perkembangan teknologi kontrol pintar memudahkan kita mengatur berapa banyak cahaya yang digunakan dan pengontrolan yang adaptif membuat tujuan dari Langkah 1 bisa tercapai.
Berinvestasi ke dalam teknologi pintar dan LED berarti kita bisa mengelola cahaya dari jarak jauh, menentukan pengatur waktu atau peredupan lampu, mengaktifkan pencahayaan berdasarkan sensor gerakan, dan bahkan mengatur cahaya lampu yang dikeluarkan.
Teknologi semacam ini bisa digunakan untuk cahaya buatan di malam hari ketika dibutuhkan dan meminimalisir cahaya ketika tidak dibutuhkan.
Cahaya apapun yang bocor keluar dari area spesifik yang ingin diterangi merupakan cahaya yang tidak perlu.
Kebocoran cahaya ini berkontribusi langsung terhadap kilau langit buatan - kilau yang biasa kita lihat di area urban dari kumpulan sumber cahaya. Baik kilau angkasa dan cahaya bocor di permukaan bisa menganggu satwa liar.
Memasang pelindung cahaya membuat kita bisa mengarahkan cahaya ke bawah, yang akan mengurangi kilau langit secara signifikan, dan mengarahkan ke area yang menjadi target.
Pelindung cahaya direkomendasikan bagi semua pemasangan di luar ruangan.
Ketika memutuskan berapa cahaya yang dibutuhkan, pertimbangkan pula intensitas cahaya yang dikeluarkan (lumen), ketimbang berapa energi yang dibutuhkan (watt).
Contohnya, LED yang dianggap sebagai pilihan “ramah lingkungan” karena efisiensi energi. Tapi, karena efisiensi ini, LED menghasilkan cahaya dua dan lima kali lebih terang dari lampu bohlam untuk konsumsi energi yang sama.
Source | : | The Conversation Indonesia |
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR