Baca Juga: Mitos Penemuan Api dalam Budaya Tutur Warga Lewolema, Flores Timur
Di Liang Bua sejak 1989, Puslit Arkenas sudah melakukan proses penggalian sebanyak 37 kotak berukuran 2x2 dan 4x4 meter. Kedalaman terakhir hampir mencapai 11 meter.
Pada salah satu temuan di kedalaman lebih dari 5 meter, ditemukan fauna Flores seperti stegodon florensis insularis, komodo, dan marabou stork.
Lalu kemudian pada kedalaman hampir 6 meter ditemukan Homo Floresiensis dengan tengkorak yang berukuran jeruk bali.
"Jadi volume otaknya kecil sekitar 400 cc dibanding manusia sekarang mencapai 1300 cc. Namun diduga manusia ini sangat cerdik. Tinggi badanya 106 cm. Mereka bukan cebol tapi proposional," ucap Jatmiko.
Hasil penelitian menemukan bahwa mama flo berumur 25 tahun dan berjenis kelamin perempuan. Ini dinilai berdasarkan temuan tulang pinggulnya.
Di sisi lain, Thomas mengemukakan bahwa penemuan di Liang Bua pada 2003 menjadi sorotan karena mempunyai karakteristik dan anatomi yang sangat unik. Melalui penemuan peralatan batu yang canggih pada 18.000 tahun yang lalu. Penelitian di Liang Bua masih berlanjut hingga sekarang.
"17 tahun telah berlalu dan kami telah belajar banyak tentang Liang bua, pada kenyataanya tidak semua yang kita pelajari itu menduukung dan cocok dengan apa yang kami pikirikan. Karakteristik batu, Homo Floresiensis, dan bagaimana kemungkinan ia mengenal api. Dan isu tentang kapan si manusia moderen awal menjejakan kaki di flores." kata Thomas.
Sejak ekskavasi diperluas pada 2007 ternyata banyak hal penting yang berkenaan dengan kompleksitas dari Liang bua. Temuan itu semakin jelas dari revisi stratigrafi publikasi.
"Pada 2016 kita meperbaiki stratigrafi dan kronologi, yang Kita perbaiki ialah kunci stratigrafi. Di Liang Bua ada 8 tefra yang berbeda. Pertanggalan radio karbon terhadap sampel arang berumur 13.000-20.000 tahun lalu, yang awalnya mengandung lapisan homo floresiensis. Sejak saat itu kita mengesktens penggalian. Sehingga jelas, itu tidak sesuai dengan umur Homo Floresiensis sebenarnya. Tulang tulang itu berasal dari lapisan di bawah tefra satu berumur 100.000 hingga 60.000 tahun yang lalu," tutur Thomas.
Namun ada rentang waktu krusial yakni 50.000 hingga 12.000 tahun yang lalu karena tidak ada penemuan Homo Floresiensis dan fauna. Hal ini membutuhkan analisis lanjutan terkait mikromorfologi. Terkait statigrafi yang menjadi jedah antara penemuan manusia moderen dengan Homo Floresiensis.
Source | : | Bincang Redaksi National Geographic Indonesia |
Penulis | : | Fikri Muhammad |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR