Baca Juga: Mengapa Orang Menggali City Pop Jepang dan Tergila-Gila Olehnya
Pada Agustus 2020, Timothy Yu-Cheong Yeung, peneliti dari Katholieke Universiteit Leuven, Belgia, terkesima pada kolom komentar lagu lawas Fake Plastic Trees karya Radiohead di YouTube. Sejak April 2020, video ini telah disukai oleh lebih dari 2.600 pengguna.
“Siapa yang mendengarkan lagu ini selama karantina Covid-19? :D,” tulis salah seorang pemirsa video klip itu.
Berkat komentar pendengar Radiohead itu, Timothy tergerak meneliti lagu-lagu lawas selama pagebluk. Ia menganalisa data pada hampir 17 triliun lagu yang diputar di enam negara lewat Spotify, dan pola penggunanya.
Dampak pagebluk dapat menyerang kesehatan mental, berdasarkan penelitian sebelumnya bahwa PSBB atau lockdown menyebabkan stress beberapa orang. Dari segi psikologis, terdapat perubahan emosional dan membuat orang-orang memiliki perilaku konsumsinya, dalam hal ini jenis musik.
“Karena individu yang rasional itu mencari solusi untuk mengatasi tekanan psikologis yang merugikan,” tulis Yeung.
Musik sendiri merupakan cara yang relatif murah untuk meredakan dampak tekanan psikolgis. Ia menganggap kegiatan itu sebagai penawar stres dari ‘masa lalu yang indah’.
Baca Juga: Black Tuesday: Kehancuran Pasar Saham Terbesar Pada Tahun 1929
“Minat akan musik nostalgia tumbuh beriringan dengan frustasi karena pembatasan pergerakan yang terjadi,” tulis Yeung dalam publikasinya yang terbit 25 Agustus 2020. "Pembatasan pergerakan melibatkan banyak permintaan luar biasa yang membatasi kebebasan individu dan memengaruhi pekerjaan dan interaksi sosial yang biasa.
Yeung berujar, perubahan kebiasaan yang mengharuskan orang terbiasa di rumah dan tak kemana-mana telah menyebabkan emosi yang buruk. Maka orang-orang memilih larut ke dalam musik nostalgia untuk melarikan dirinya dari kenyataan. Meski belum tentu virus Covid-19 menyerang mereka secara langsung.
“Jika lagu lawas membuat mereka merasa lebih baik, mungkin karena lagu-lagu itu menjadi tandingan bagi rasa sedih mereka selama masa [pagebluk] yang luar biasa ini,” ungkapnya.
“Pusat perawatan, rumah sakit, pertokoan, dan ruang publik lainnya yang biasanya menyetel musik, mungkin perlu menyadari dampak positif jika memutarkan musik sebagai tandingan dampak buruk pagebluk,” sarannya.
Source | : | ResearchGate,Guardian,Harian Kompas |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR