Heri mencatat, penurunan tanah secara signifikan di Semarang sudah terjadi setidaknya sejak 20 tahun lalu. Jika selama 20 tahun terakhir kita kalikan dengan kecepatan penurunan tanah sebesar 5 sentimeter per tahun, berarti setidaknya tanah di Semarang sudah turun 1 meter.
Menurut hasil riset Heri, ada daerah-daerah di Semarang yang dulu ketinggiannya masih di atas permukaan laut, sekarang jadi di bawah permukaan laut. "Bahkan beberapa ratus hektare sudah hilang tanah di semarang itu ke dalam laut. Cuma tidak diekspos saja. Banyak yang dulunya area pabrik dan perumahan lalu hilang (jadi laut)."
Baca Juga: Tak Hanya Curah Hujan, Turunnya Tanah jadi Penyebab Banjir di Semarang
Heri mencontohkan, tinggi jalan utama Kaligawe di Semarang menuju Demak sekarang sudah di bawah permukaan laut. Ada yang sudah minus 1 meter, ada yang minus 50 sentimeter. Secara khusus Heri menyoroti ketinggian tanah dari Kaligawe di Semarang sampai Sayung di Demak itu karena ia menemukan kecepatan penurunan di sana sudah semakin cepat. "Ini yang mengkhawatirkan," tegasnya.
"Makanya sebenarnya sudah saya sampaikan ini kalau ada hujan yang besar, pasti kelelep Semarang ini. Itu sudah saya sampaikan beberapa tahun lalu. Akhirnya sekarang kejadian, ya."
Tak hanya mengkhawatirkan penurunan tanah di Semarang, Heri juga waswas dengan penurunan tanah di jalur pantura secara umum. Jalur Pantura adalah jalan yang memanjang dari Pelabuhan Merak, Cilegon, hingga Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi.
Berdasarkan hasil risetnya, dari sisi barat pantura, kecepatan penurunan tanah yang tinggi dan semakin cepat sudah ditemukan di Tangerang bagian utara, terutama di daerah Kosambi dan Teluk Naga. Kemudian di Kamal Muara, DKI Jakarta. Lalu, di Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Kemudian, di pantura Jawa Barat, seperti daerah Pamanukan, Pondok Bali, Pamtiban, hingga Indramayu.
Baca Juga: 2050: Kerugian akibat Banjir Jakarta Diprediksi Naik Lima Kali Lipat
Heri memprediksi, banjir rob di pantura Jawa Barat akan luar biasa ramai pada sepuluh tahun mendatang. "Bahkan nggak usah tunggu 10 tahun lagi. Kalau hujannya deras banget, itu bisa banjir juga."
Ke jalur pantura bagian Jawa Tengah, Heri menyoroti penurunan tanah di Pekalongan, selain Semarang yang sudah disinggung sebelumnya. Menurutnya, kondisi penurunan tanah di Pekalongan lebih luar biasa daripada Jakarta.
Sebagai perbandingan, perluasan banjir akibat penurunan tanah di Jakarta mencapai tiga kali lipat. Rinciannya, kala tanpa ada penurunan tanah, banjir Jakarta hanya seluas 4 ribuan hektare, tapi sekarang karena ada faktor penurunan tanah sudah jadi seluas 12 ribut hektare. Adapun di Pekalongan, perluasan banjir akibat penurunan tanah bisa mencapai lebih dari tiga kali lipat.
"Pekalongan itu menjadi salah satu kota paling cepat tenggelam di dunia. Ini prediksi saya. Sekarang ini sudah 35% area Kota Pekalongan terdampak banjir. Di 2030-2040 85% wilayah kotanya itu ada di bawah laut."
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR