Nationalgeographic.co.id—Pada Tiongkok bagian timur terdapat Danau Qiandao atau Waduk Sungai Xin'an yang dikenal dengan kualitas airnya yang baik sebagai penghasil air mineral.
Pada tahun 1957, Pemerintah Tiongkok memutuskan untuk menenggelamkan wilayah yang memiliki 1.078 pulau itu untuk pembangkit listrik tentaga air, sehingga dapat memasok kota-kota besar seperti Shanghai dan Hangzhou. Tapi tidak ada lagi produksi energi saat ini. Danau ini pun telah menjadi tujuan wisata yang sangat populer di Tiongkok.
Di bawah air Danau Qiandao, tersembunyi sisa-sisa hantu di masa lalu. Reruntuhan kota-kota kuno bagian dari Chun'an dan Sui'an, dibuat pada awal abad ketiga, di bawah pimpinan pendiri Kerajaan Wu bernama Sun Quan.
Pada tahun 2009, tim arkeologi bawah air dari majalah Chinese National Geography, mirip dengan National Geographic, melakukan penyelaman di danau untuk menjelajahi kota Shicheng yang tenggelam, nama tempat yang berasal dari Gunung Lima Singa, yang terletak di utara bekas daerah Sui'an.
Di kaki gunung ini didirikan pusat politik, ekonomi, dan budaya Sui'an dari tahun 621 selama Dinasti Tang. Hingga 1959 saat kawasan itu banjir secara permanen.
Tim Penyelam menjelajahi Kota Shinceng karena sejarahnya yang penting dan sebagian besar bangunanya tetap utuh selama banjir. Penyelamanya dilakukan di musim dingin untuk menghindari alga yang berkembangbiak selama musim panas. Dengan demikian visibilitas yang baik dapat diperoleh.
Baca Juga: Ko Ngian: Imlek di Bangka, Harapan Baru Buang Debu-Debu yang Kotor
National Geographic España mengatakan bahwa suhu tahunan air yang berada di antara 10 dan 20 derajat celcius telah berkontribusi untuk menjaga reruntuhan dalam keadaan yang menakjubkan.
Dahulu, Kota Shicheng adalah kota komersial dengan perkembangan yang pesat. Walaupun sekarang sudah berubah jadi tempat yang suram di kedalaman danau tapi gedung-gedungnya masih ada di sana. Fotografer bawah air Wu Lixin mengenang pengalamanya menemukan lengkungan Dinasti Qing yang terbuat dari batu bata dan batu dan pintu gerbang masuk ke kota.
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Source | : | National Geographic España |
Penulis | : | Fikri Muhammad |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR