Nationalgeographic.co.id—Selain terkenal dengan produk susu murninya, Pangalengan juga punya tempat pengolahan kopi bernama Green House. Biji kopi yang diolah di sini berasal dari pohon-pohon kopi yang tumbuh di Gunung Puntang. Oleh karena itu, produknya disebut sebagai kopi puntang.
Kopi puntang pernah dinobatkan sebagai kopi terbaik di dunia. Bahkan, kopi ini disebut sebagai salah satu kopi termahal di dunia. Kopi ini laris manis di pasar Eropa dan dunia.
Kopi puntang namanya berkibar di kancah internasional terutama setelah berhasil menyabet penghargaan di ajang Specialty Coffee Association of America Expo di Atlanta, Amerika Serikat, 14-17 April 2016. Kopi Gunung Puntang berhasil menyabet peringkat pertama dalam kategori rasa.
Baca Juga: Riset: Rutin Minum Kopi Berkafein Bisa Kurangi Risiko Gagal Jantung
Di Jawa Barat, biji kopi di Gunung Puntang telah dibudidayakan secara fokus sejak tahun 2007. Di sana, ada sekitar 270 hektar lahan perkebunan kopi dengan sekitar 180 petani.
Di tempat pengolahan kopi puntang di Pangelangan ini kami melihat bahwa semua tenaga pengolahnya adalah orang-orang lokal. Mereka secara tekun menjemur buah kopi selama seminggu, membolak-baliknya agar panas dan keringnya rata.
Setelah itu mereka mengupas kulit buah hingga tersisa bijinya saja, lalu menjemurnya kembali, dan barulah kemudian memanggangnya hingga jadi biji kopi matang dan bubuk kopi untuk dibuat menjadi minuman kopi yang wangi dan nikmat. Dengan proses yang lama ini, tampaknya wajar bila kopi ini kita hargai dengan nilai yang tinggi.
Karakter kopinya yang lebih manis dari kopi kebanyakan, membuat kopi Gunung Puntang cocok dikonsumsi mereka yang senang menjelajah rasa. Ketika dicicip, notes karamel dan serai langsung terasa di lidah.
Rasa unik ini rupanya bukan disengaja, tingkat pH tanah yang berada di kisaran 5,6-6 membuat perkebunan kopi ini bisa tumbuh dengan baik. Kehadiran tanaman penaung serta intensitas cahaya yang pas, membuat biji kopi menjadi kaya rasa.
Berpiknik ke lokasi perkebunan kopi Gunung Puntang, akan lebih baik dilakukan sebelum sore hari guna mendapatkan pengalaman berkeliling kebun yang maksimal. Pejalan yang belum pernah melihat pohon kopi mungkin akan terkejut ketika melihat buah kopi yang ranum dan berwarna merah layaknya ceri.
Melalui dataran pegunungan yang berliku, pendakian di wilayah ini semakin terasa lengkap berkat adanya kesempatan untuk memetik buah kopi yang sudah merah, sekaligus ikut membersihkan batang yang tumbuh di sisi-sisinya.
Kegiatan piknik kemudian ditutup dengan menyaksikan proses pengolahan biji kopi hingga menjadi siap minum. Sesi mencicipi jenis kopi (cupping) menjadi daya tarik yang tak boleh dilewatkan.
Pejalan juga akan diajari cara mencicipi kopi yang benar, agar orisinalitas rasa dari masing-masing kopi bisa terasa di setiap tegukannya
Source | : | National Geographic Indonesia |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR