"Kebetulan [kecocokan] akan hilang ketika orang mampu menyaring orang lain," tambah Hutson.
Mereka menulis, para pengguna aplikasi kencan menunjukkan bagaimana keputusan mereka memilih sangat sederhana, tetapi sebenarnya bias terhadap orang-orang dari semua kelompok yang terpingirkan (seperti disabilitas dan transgender) bisa dikurangi.
Walaupun preferensi memilih pasangan sangat pribadi, para peneliti berpendapat bila kebiasaan kitalah yang membentuk preferensi itu. Lalu preferensi yang tertanam pada diri memengaruhi keputusan kita saat menggunakan aplikasi kencan.
"Ini benar-benar waktu yang belum pernah terjadi di masa sebelumnya untuk kencan, dan bertemu secara daring," terang Hutson. "Semakin banyak orang menggunakan aplikasi itu, dan menjadi infrastruktur penting yang tak mendapatkan banyak perhatian dalam hal bias dan diskriminasi."
"Keintiman itu sangat pribadi, dan memang demikian, tetapi kehidupan pribadi kita berdampak pada pola sosial ekonomi yang lebih besar yang sistemik."
15 persen dari partisipan mereka, dilaporkan menggunakan situs kencan daring, dan beberapa penelitian lain memperkirakan bila banyak yang mencapai jenjang pernikahan. Serta 60 persen dari hubungan sesama jenis juga dimulai dari kencan daring.
Tinder dan Grindr memiliki puluhan juta pengguna di seluruh dunia. Pihak Tinder sendiri mengungkapkan bahwa mereka telah memfaslitasi 20 miliar hubungan kencan sejak diluncurkan.
Ketidakadilan rasial yang ditemukan Hutson dan tim tersebar luas. Seperti, pria dan wanita kulit hitam 10 kali lebih mungkin mengirim pesan pada orang kulit putih daripada sebaliknya.
Dalam observasinya, para pengguna dibiarkan menelusuri, menyortir, dan memfilter calon mitra berdasarkan ras.
Sehingga tak hanya memingkin orang dengan mudah bertindak berdasarkan preferensi diskriminatif, tetapi jugamenghentikan mereka untuk terhubung dengan yang mungkin tidak mereka sukai secara sadar.
Baca Juga: Video: Menggali Cerita Istimewa dari Kota-Kota di Pesisir Utara Jawa
Sedangkan pada bias yang timbul, berdasarkan penelitian sebelumnya yang mereka kutip, menunjukkan bila laki-laki dalam platform itu sangat memandang multikulturalisme--terutama di Amerika Serikat--kurang menguntungkan. Dan rasisme seksual lebih mungkin dapat diterima.
Semenara itu, pada pengguna yang mendapat pesan dari ras lain lebih mungkin untuk terlibat dalam hubungan antar-ras. Para peneliti menyimpulkan, rancangan platform dapat memudahkan orang dari berbagai ras untuk bertemu dan dapat mengatasi bias.
Opsi preferensi ras sangat mudah ditemukan di aplikasi OKCupid, dimana pengguna dibertahu ketertarikan mereka oleh fitur tanya-jawab dan profil mereka. Ini dapat mempermudah pengguna dicocokkan oleh algoritma pada pengguna lainnya yang kompetibel.
Untuk mendorong lingkungan yang lebih inklusif, baiknya beberapa aplikasi kencan telah memiliki fitur posting dan pesan yang mengurangi bias. Ini tertera dalam Grindr misalnya, yang menerbitkan artikel berjudul "14 Trans People Want You to Stop Posting in Dating Apps" di situs media, dan berandanya.
Inisiatif perusahaan aplikasi ini bisa berdampak pada masyarakat, tulis para peneliti.
Baca Juga: Hipotesa Simulasi, dari Filsafat hingga Teknologi Algoritma Fisika
“Mengingat bahwa platform ini menjadi semakin sadar akan dampaknya terhadap diskriminasi rasial, kami pikir bukanlah hal yang sulit bagi mereka (otoritas setempat) untuk mengambil pendekatan yang lebih berorientasi pada keadilan dalam desain mereka sendiri,” kata Jessie G Taft, anggota penelitian.
“Kami mencoba untuk meningkatkan kesadaran bahwa ini adalah sesuatu yang harus dipikirkan oleh para desainer, dan orang-orang pada umumnya.”
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR